Penerapan Teknik Smooth Cutting pada Film Fiksi Layang Angan
Abstract
Film adalah sebuah bentuk karya audio visual, yang merupakan perwujudan
dari berbagai rangkaian hasil pemikiran, seperti sudut pandang, perasaan, yang
dikemas begitu rupa dalam suatu cerita, rangkaian peristiwa, atau kejadian,
sehingga film merupakan representasi dari esensi kehidupan. Pengkarya membuat
film atas dasar kegelisahan mengenai fenomena yang terjadi di Ambulu tempat
pengkarya tinggal, termasuk dari pengalaman pribadi atau melihat dan mendengar
pengalaman orang lain. Melalui film ini, pengkarya berharap dapat menghadirkan
pengalaman baru bagi penonton tentang kehidupan di desa, dan mengajak penonton
untuk merasakan kekhawatiran yang dialami sang tokoh dalam film ini.
Film ini bercerita tentang kehidupan seorang pemuda, bernama Hari yang
tinggal di sebuah desa Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Dia hidup berdua
bersama adik laki-lakinya Wahyu, setelah ditinggal oleh ibunya yang meninggal.
Hari bekerja menggarap layangan, serta perkerjaan serabutan lainnya untuk
menafkahi sang adik yang akan masuk SMP. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak
dapat menyukupi semua kebutuhan serta semua hasrat yang dimiliki Wahyu,
sehingga Hari berpikir untuk menjadi pekerja migran demi meraih semua itu.
Penyampaian dalam film ini dikemas menggunakan penerapan Teknik smooth
cutting. Film Layang Angan berdurasi 67 menit dengan menggunakan Bahasa Jawa.
Film ini termasuk dalam genre drama.
Proses penciptaan film ini dilalui dengan tiga tahapan, yaitu praproduksi,
produksi, dan pasca produksi. Tahap pertama dimulai dengan pengembangan
naskah yang sudah ditulis oleh rekan pengkarya selaku sutradara dan penulis
naskah. Kemudian bedah naskah bersama kru serta penyampaian penerapan Teknik
smooth cutting, dan terakhir membuat treatment editing. Tahap berikutnya adalah
produksi film. Pengkarya memiliki tugas berangkap sehingga dibantu oleh asisten
penyunting gambar, dan DIT (Digital Image Technician). Pengkarya memberikan
arahan kepada asisten penyunting gambar mengenai administrasi materi film dan
sinkronasi gambar dan suara, dan juga mendampingi serta berdiskusi dengan DIT
terkait denganhasil materi film yang sudah didapatkan. Kemudian pengkarya mulai
melakukan penyuntingan gambar offline. Proses tersebut meliputi transfer materi
film ke komputer, melakukan pengecekan ulang administrasi offline materi film,
pengecekan ulang sinkronasi gambar dan suara, assembly, rought cut, preview
rought cut, fine cut, dan picture lock. Terakhir dalam tahap pascaproduksi,
Pengkarya melakukan penyuntingan gambar tahap online. Tahapan tersebut
meliputi beberapa proses diantaranya adminstrasi online, render file yang
dibutuhkan untuk grafik, pewarnaan, mixing sound, dan musik ilustrasi, render
guidemov dan pewarnaan pada film, serta rendering file secara keseluruhan atau
mastering.