Gaya Bahasa dan Diksi Bermakna Cinta pada Puisi Jalaluddin Rumi: Kajian Semantik
Abstract
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Bahasa memiliki keterkaitan dengan pikiran manusia yang saling memengruhi dalam mengekspresikan gagasan berupa kritikan, pandangan, maupun imajinasi. Salah satu produk bahasa adalah puisi. Puisi adalah karya sastra yang terdiri dari beberapa baris membentuk bait. Umumnya puisi menggunakan gaya bahasa dan diksi yang indah dalam penyampaiannya. Salah satu pengarang puisi adalah Jalaluddin Rumi. Puisi-puisi karangan Rumi mengandung makna ambiguitas karena penggunaan diksi yang tidak lugas. Salah satu karya Rumi berjudul Semesta Matsnawi. Syair-syair Rumi dalam Semesta Matsnawi bertemakan “Cinta” menjadi daya tarik tersendiri, karena konsep “cinta” yang Rumi sampaikan memiliki perbedaan dengan konsep cinta penyair lain seperti Buya Hamka. Dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Hamka mendefinisikan “cinta” sebagai sesuatu yang membangkitkan semangat, sementara pada puisi Rumi dalam buku Semesta Matsnawi memandang “cinta” manusia hanya menjerumuskan pada malapetaka.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data penelitian ini berupa teks dengan sumber data dari buku karya Jalaluddin Rumi berjudul Semesta Matsnawi terjemahan bahasa Indonesia. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan melihat dan menyimak langsung data-data puisi dalam buku Semesta Matsnawi, kemudian dicatat sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu bermakna cinta. Kemudian, dilakukan klasifikasi atau pemilahan data-data berdasarkan jenis gaya bahasa dan jenis makna. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode padan referensial dan interpretasi.
Berdasarkan jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis makna, ditemukan 5 jenis gaya bahasa dan 14 jenis makna pada puisi Jalaluddin Rumi dalam buku Semesta Matsnawi. Jenis-jenis gaya bahasa yang ditemukan di antaranya; metafora depersonifikasi, metafora konkrit abstrak, repetisi, retoris, dan simile. Gaya bahasa yang terdapat pada puisi-puisi Rumi banyak menggunakan gaya bahasa metafora konkrit-abstrak yang menjadi faktor kuat puisi-puisi Rumi sukar dipahami dan bermakna ambiguitas. Selain itu, gaya bahasa retoris lebih umum ditemukan pada puisi-puisi Rumi sehingga bahasa dan kiasan-kiasan yang digunakan Rumi menjadi menarik dan ciri khas tersendiri dalam puisi-puisi tasawuf. Dan ditemukan 14 jenis makna, di antaranya; denotasi, deskriptif, eksistensi, gereflektor, gramatikal, ideasional, kias, kognitif, konotasi, konseptual, kontekstual, luas, tematik, dan makna umum. Jenis makna yang terdapat pada puisi Jalaluddin Rumi umumnya menggunakan jenis makna kias. Makna kias digunakan untuk mengkiaskan sesuatu baik binatang, benda atau manusia dengan maksud-maksud tertentu. Hal ini menjadi faktor puisi-puisi Rumi tidak dapat dipahami secara tekstual dan perlu penginterpretasian.