Show simple item record

dc.contributor.authorSETYOWATI, Firna
dc.date.accessioned2025-07-07T06:31:34Z
dc.date.available2025-07-07T06:31:34Z
dc.date.issued2025-01-24
dc.identifier.nim212210101160en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127207
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 7 Juli 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractBenign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah kondisi sel-sel otot polos, stroma dan epitel pada kelenjar prostat yang mengalami proliferasi berlebih. Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang memengaruhi seperti usia, geografi, genetik. hormon seksual, sindrom metabolik, diabetes, obesitas, pola makan, aktivitas fisik dan inflamasi. Terdapat berbagai pilihan terapi obat untuk pasien BPH meliputi, alpha blocker, 5-alphareductase inhibitor, PDE 5 inhibitor, antimuskarinik, beta-3 agonis, terapi kombinasi dan fitoterapi. Penggunaan obat yang efektif dapat mengurangi biaya perawatan dan meminimalkan komplikasi BPH. Keberagaman pilihan terapi obat pada pasien BPH mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan efektivitas biaya terapi pada pasien BPH di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil Pasuruan. Penelitian ini menggunakan studi farmakoekonomi dengan membandingkan efektivitas terapi dan total biaya perawatan pasien BPH rawat jalan di RSUD Bangil Pasuruan. Pengambilan data dilakukan secara observasional dengan pendekatan retrospektif yaitu menggunakan data rekam medik dan catatan pembayaran pasien BPH rawat jalan periode Januari 2023 – Juni 2024. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan ICER (Incremental Cost-Effectiveness Ratio) dan analisis kuadran. Data pasien BPH rawat jalan di RSUD Bangil Pasuruan yang memenuhi kriteri inklusi yaitu 141 pasien. Profil pasien menunjukkan mayoritas pasien BPH berada pada usia 61 – 70 tahun (68 pasien; 47,52%), disertai komorbid (106 pasien; 75,18%) dan menggunakan asuransi BPJS PBI (75 pasien; 53,19%). Profil obat yang digunakan mayoritas adalah tamsulosin (64 pasien; 45,39%), silodosin (35 pasien; 24,82%) dan dutasteride (25 pasien; 17,73%). Dilihat dari tingkat pencegahan penggunaan analgesik, efektivitas tamsulosin lebih tinggi dibandingkan silodosin dan dutasteride (25,00% vs 22,86% vs 20,00%). Hal ini juga dapat terlihat pada efektivitas tingkat pencegahan pembedahan (51,56% vs 21,43% vs 8,00%). Namun, pada tingkat pencegahan pergantian terapi, efektivitas dutasteride lebih tinggi dibandingkan tamsulosin dan silodosin (88,00% vs 45,31% vs 66,67%). Tamsulosin merupakan terapi yang memiliki rata-rata total biaya perawatan yang paling tinggi yaitu, 1.250.457 dibandingkan silodosin (Rp 1.155.020) dan dutasteride (Rp 932.604). Hasil analisis efektivitas biaya menunjukkan tamsulosin lebih cost-effective dibandingkan silodosin dan dutasteride dalam pencegahan penggunaan analgesik dan pencegahan pembedahan. Namun, pada tingkat pencegahan pergantian terapi, dutasteride dan silodosin lebih cost-effective dibandingkan tamsulosin.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Dr. apt. Afifah Machlaurin, S.Farm., M.Sc. Dosen Pembimbing Anggota : apt. Dhita Evi Aryani, S.Farm., M.Farm. Klin.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectEfektivitas Biaya Terapien_US
dc.subjectPasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)en_US
dc.titleAnalisis Efektivitas Biaya Terapi pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruanen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. apt. Afifah Machlaurin, S.Farm., M. Scen_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Dhita Evi Aryani, S.Farm., M.Farm. Klin.en_US
dc.identifier.validatorKacung- 13 Februari,2025en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record