Efek Pemberian Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Ketebalan Paw Edema pada Tikus Wistar yang Diinduksi Karagenan
Abstract
Peningkatan kasus penyakit inflamasi setiap tahunnya menjadi salah satu
fokus penting dalam penanganan di dunia kesehatan. Penyakit inflamasi yang
ditemukan di bidang penyakit gigi dan mulut, yaitu stomatitis aftosa rekuren (SAR),
lichen planus, eritema multiforme, dan pemphigus vulgaris. Kasus penyakit inflamasi
yang kian meningkat menyebabkan tingginya tingkat penggunaan obat antiinflamasi
di kalangan masyarakat. Penggunaan obat antiinflamasi pada terapi penyakit
inflamasi dalam jangka panjang, seperti obat golongan steroid dan imunosupresan
dapat memberikan efek samping yang cukup serius bagi tubuh. Belum ditemukan
obat antiinflamasi yang aman dan efektif dengan efek samping minimal untuk jangka
waktu yang lama hingga saat ini. Perlu dilakukan penelitian mengenai alternatif dari
obat antiinflamasi menggunakan bahan alami yang memiliki efek samping minimal
bagi tubuh.
Daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) berpotensi sebagai alternatif obat
antiinflamasi berbahan alami yang dapat dikembangkan. Kandungan di dalamnya,
seperti flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid diduga memiliki potensi antiinflamasi.
Penelitian ini dilakukan dalam mengetahui efek pemberian ekstrak daun salam (S.
polyanthum (Wight) Walp.) terhadap ketebalan paw edema pada tikus wistar yang
diinduksi karagenan.
Penelitian mengenai potensi antiinflamasi pada daun salam dilakukan secara
laboratorium eksperimental dengan memicu pembentukan edema pada telapak kaki
tikus menggunakan karagenan 1%. Ekstrak daun salam dengan dosis 50 mg/kgBB/hr,
100 mg/kgBB/hr, dan 200 mg/kgBB/hr dilarutkan dengan NaCMC 0,5% diberikan
setiap hari melalui sonde lambung selama tiga hari. Kelompok kontrol negatif
menggunakan NaCMC 0,5% dan kelompok kontrol positif diberikan prednison 0,
135 gr/hr. Pada hari ketiga, telapak kaki belakang tikus diinjeksikan karagenan satu jam setelah diberikan bahan uji. Ketebalan edema pada telapak kaki tikus kemudian
diukur dengan jangka sorong digital sebelum dan pada 1, 2, 3, 4 , 5 jam setelahnya.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak daun salam mampu
menurunkan ketebalan edema pada telapak kaki tikus dilihat dari kelompok kontrol
negatif (0,5% NaCMC) yang memiliki ketebalan telapak kaki lebih besar
dibandingkan semua kelompok yang diberikan ekstrak daun salam dan prednison
pada 1 sampai 4 jam setelah induksi karagenan. Kelompok P3 dengan dosis 200
mg/kgBB/hr ekstrak daun salam memiliki pembentukan edema lebih kecil daripada
kelompok yang lainnya. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak daun salam dapat
menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga pelepasan mediatormediator inflamasi juga terhambat. Menurunnya aktivitas antiinflamasi tersebut
menyebabkan penurunan dari pembentukan edema yang terjadi
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2124]