Hubungan Konsumsi Kopi terhadap Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Perut Petani Desa Jenggawah Kabupaten Jember
Abstract
Penyakit tidak menular merupakan penyumbang angka kematian hingga 36 juta jiwa per tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat terjadi karena tidak seimbangnya energi masuk dan keluar. Hal tersebut dipengaruhi oleh konsumsi harian, aktivitas fisik, genetik, dan lain sebagainya. Salah satu konsumsi harian masyarakat saat ini adalah kopi. Kopi memiliki senyawa anti obesitas seperti kafein, asam klorogenat, dan tirgonellin. Di Indonesia sendiri masih jarang penelitian yang membahas hubungan pola konsumsi kopi terhadap obesitas melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut terutama pada petani sebagai mayoritas profesi di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan pola konsumsi kopi terhadap IMT dan lingkar perut petani Desa Jenggawah Kabupaten Jember.
Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional dan metode cross sectional. Sampel dipilih dengan mekanisme purposive sampling. Data penelitian ini didapatkan dengan wawancara untuk mengetahui faktor demografis serta pola konsumsi kopi. Lalu dilanjutkan dengan pengukuran IMT dan lingkar perut pada kegiatan Bakti Sosial Agromedis Desa Jenggawah pada Juni 2022. Sampel petani yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 113. Selanjutnya data diuji menggunakan aplikasi SPSS menggunakan uji bivariat Spearman dan koefisien kontingensi. Selanjutnya uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden merupakan petani perempuan (60,2%) dan secara demografis didominasi oleh usia lanjut (79,6%). Mayoritas sampel juga mengkonsumsi kopi bubuk tradisional (69%) dengan frekuensi 1-3 cangkir per hari (62,8%). Responden juga menyampaikan 98,2% responden menambahkan gula pada sajian kopi yang dikonsumsi. Uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin (p=0,138), usia (p=0,64), jenis kopi (p=0,373), frekuensi minum kopi (p=0,696), tambahan gula (p=0,441) terhadap IMT. Sedangkan ditemukan hubungan dengan korelasi positif pada jenis kelamin (p=0,00) dan korelasi negatif pada frekuensi minum kopi (p=0,043) terhadap lingkar perut. Di sisi lain, variabel usia (p=0,56), jenis kopi (p=0,467), dan tambahan gula (p=0,116) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap lingkar perut. Dari uji bivariat tersebut, diketahui faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap lingkar perut adalah jenis kelamin.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1527]