Show simple item record

dc.contributor.authorWIDIASARI, Indri
dc.date.accessioned2025-04-17T03:24:16Z
dc.date.available2025-04-17T03:24:16Z
dc.date.issued2024-06-26
dc.identifier.nim202310101121en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/125972
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 17 April 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractPenyakit tidak menuar (PTM) menjadi salah satu masalah yang rentan terjadi pada petani seperti musculoskeletal disorder (MSDs) (Anggraeni et al., 2022). Masalah kesehatan yang dapat terjadi pada penyadap karet salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan sindrom terowongan karpal (Pramchoo et al., 2018). CTS diakibatkan karena terjadinya penekanan secara terus menerus pada saraf medianus di terowongan karpal sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf medianus dan menimbulkan sensasi nyeri, mati rasa, serta kesemutan ataupun sensasi panas seperti terbakar pada jari (Nadhifah et al., 2019). Petani penyadap karet melakukan kegiatan yang melibatkan penekanan pada tangan yang dilakukan secara berulang. Menyadap pohon karet menimbulkan risiko ergonomis yang melibatkan deviasi pergelangan tangan yang berulang-ulang dari posisi netral, pengerahan tenaga yang kuat dan tekanan mekanis. Penyadap umumnya menyadap sekitar 200-300 pohon per hari dengan menghabiskan waktu sekitar 5-6 jam per hari sehingga bersiko tinggi terkena CTS apalagi jika dilakukan terus menerus hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara masa kerja dengan timbulnya gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada petani karet di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah populasi sebanyak 284 dan didapatkan sampel sebanyak 217 petani karet sesuai dengan kriteria insklusi dan eksklusi, sebanyak 67 petani karet tidak memnuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner demografi untuk mengetahui masa kerja klien dan Boston Carpal Tunnel Quesstionare (BCTQ) untuk mengetahui keparahan gejala dan gangguan fungsional pada petani karet. Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson. Penelitian ini sudah memiliki sertifikat kelaikan etik No.024/UN25.1.14/KEPK/2024.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Gelaja CTS pada Boston Carpal Tunnel Quesstionare (BCTQ) memiliki 2 indikator yaitu keparahan gejala dan gangguan fungsional. Pada penelitian ini masa kerja dihubungkan dengan kedua indikator dan memiliki hasil untuk hubungan masa kerja dengan severity symtomp scale didapatkan nilai p = 0,000 dimana p < 0,05 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan severity symtomp scale. Pada hasil uji didapatkan nilai korelasi 0,823 yang berarti bahwa masa kerja dan severity symtomp scale memiliki arah hubungan positif yang menunjukkan semakin lama masa kerja maka akan semakin tinggi nilai severity symtomp scale. Sedangkan hasil hubungan masa kerja dengan functional scale didapatkan nilai p = 0,000 dimana p<0,005 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan functional scale. Pada hasil uji didapatkan nilai korelasi 0,860 yang berarti bahwa masa kerja dan functional scale memiliki arah hubungan positif yang menunjukkan semakin lama masa kerja maka akan semakin tinggi nilai functional scale. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masa kerja berhubungan dengan severity symtomp scale dan functional scale pada petani karet di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo. Oleh karena itu, perawat dapat berperan sebagai konselor, educator,dan care provider dalam memberikan informasi, melakukan screening,dan tindakan pencegahan secara teratur terhadap gejala CTS yang dirasakan petani sehingga kejadian CTS pada petani karet dapat berkurang. Dari hasil penelitian ini, bagi petani karet di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo diharapkan untuk meningkatkan keaktifan dalam mencari informasi untuk pengetahuan mengenai manajemen mengatasi keluhan CTS. Untuk tenaga kesehatan di area perkebunan karet diharapkan dapat melakukan kegiatan UKK secara rutin kepada petani karet sebagai skrining dan pencegahan adanya masalah kesehatan akibat kerja pada petani karet. Bagi peneliti selanjutnya harapannya dapat menganalisa lebih lanjut gejala CTS pada petani karet yang sudah tidak aktif bekerja, apakah CTS akibat kerja ini terus terjadi meskipun sudah tidak lagi bekerja atau terdapat penurunan gejala CTS.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectCarpal Tunnel Syndrome (CTS)en_US
dc.subjectMusculoskeletal Disorder (MSDs)en_US
dc.subjectPetani Penyadap Kareten_US
dc.titleHubungan Masa Kerja dengan Timbulnya Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Petani Karet di Wilayah Kerja Puskesmas Tempuro Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Hanny Rasni, S.Kp.,M.Kepen_US
dc.identifier.pembimbing2Latifa Aini Susumaningrum, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Komen_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_ratna_Maret 2025en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record