Pengaruh Kombinasi Levofloksasin dan OAT Hepatotoksik terhadap Peningkatan SGOT dan/atau SGOT pada Pasien TB-MDR Regimen Individual di RSD dr. Soebandi
Abstract
Tuberkulosis multidrug resistant (TB-MDR) yakni keadaan Mycobacterium tuberculosis (M.tb) yang resistan terhadap setidaknya dua obat TB lini pertama, yaitu isoniazid dan rifampisin yang merupakan dua obat TB paling efektif. Pengobatan TB-MDR di Indonesia menggunakan paduan tanpa obat injeksi yang terbagi atas 2 regimen, yaitu pengobatan jangka pendek (9-11 bulan) dan individual (18-24 bulan). Pengobatan TB-MDR regimen individual dengan obat antituberkulosis (OAT) yang berpotensi hepatotoksik, seperti isoniazid, pirazinamid, etionamid dan levofloksasin dapat memberikan dampak pada hepar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kombinasi levofloksasin dan OAT hepatotoksik terhadap peningkatan SGOT dan/atau SGPT pada pasien TB-MDR regimen individual di RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di RSD dr. Soebandi. Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh pasien terdiagnosis TB-MDR secara klinis dan laboratorium TCM pada bulan Januari 2020 hingga Agustus 2023. Data didapat dari rekam medis serta memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien TB-MDR individual, memiliki hasil tes SGOT dan/atau SGPT sebelum pengobatan (baseline) dan follow up 1 (terhitung 1 bulan setealah baseline) di rekam medis, pasien yang menerima kombinasi levofloksasin dengan atau tanpa OAT hepatotoksik (pirazinamid, etionamid dan isoniazid) individual sebagai bagian dari regimen pengobatan pasien, tidak ada komorbid yang menyebabkan penykit hepar, seperti: DM, hepatitis kronik, kanker, infeksi HIV/AIDS dan penyakit ginjal serta kriteria eksklusi berupa tidak ada riwayat merokok. Didapatkan sampel sejumlah 24 pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2023.
Sejumlah total 24 pasien mayoritas berusia 46-55 tahun sebanyak 11 pasien (45,8%). Pasien paling banyak berjenis kelamin perempuan sejumlah 15 pasien (62,5%). Mayoritas jenis terapi TB-MDR individual yang diberikan pada pasien berupa terapi kombinasi levofloksasin tanpa OAT hepatotoksik sebanyak 14 pasien (58,3%). Sebanyak 9 pasien kadar SGOT dan/atau SGPT meningkat (37,5%). Hasil dari penelitian tentang pengaruh kombinasi levofloksasin dan OAT hepatotoksik terhadap peningkatan SGOT dan/atau SGPT pada pasien TB-MDR regimen individual di RSD dr. Soebandi diketahui bahwa nilai p = 0,678>0,05. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kombinasi levofloksasin dan OAT hepatotoksik terhadap peningkatan SGOT dan/atau SGPT pada pasien TB-MDR regimen individual di RSD dr Soebandi. Saran untuk penelitian selanjutnya diperlukan penelitian yang serupa dengan menambah kriteria inklusi pasien yang mengonsumsi OAT dalam rentang waktu 2 bulan dan menambah jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat meningkatan akurasi hasil penilitian sehingga dapat lebih merepresentasikan hasil penelitian.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1519]