Analisis Komposisi Pelarut dalam Pembuatan Membran Ultrafiltrasi Berbasis Selulosa Asetat-Bacterial Cellulose Nanocrystals
Abstract
Ultrafiltrasi (UF) adalah metode pemisahan dengan menggunakan membran
berpori, yang sering diterapkan dalam berbagai industri. Membran berbasis selulosa
asetat (CA) banyak digunakan karena kelebihannya seperti mudah diproduksi dan
sifatnya yang dapat terbiodegradasi. Namun, kelemahan pada permeabilitas, fluks
dari membran CA mendorong penggunaan nanomaterial seperti Bacterial Cellulose
Nanocrystals (BCNCs) yang dihasilkan dari nata de coco, sebagai zat aditif.
Penambahan BCNCs diketahui dapat meningkatkan berbagai sifat membran seperti
hidrofilisitas, porositas, dan fluks. Selain itu, variasi komposisi pelarut seperti
aseton dan DMSO dalam pembuatan membran juga berperan penting dalam
mempengaruhi karakteristik membran yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh variasi komposisi pelarut dan penambahan
BCNCs terhadap sifat fisik dan kimia membran CA-BCNCs, serta kinerja
membrannya.
BCNCs disintesis melalui proses hidrolisis menggunakan asam sulfat untuk
menghasilkan nanoselulosa. Proses sintesis ini kemudian dianalisis menggunakan
Particle Size Analysis (PSA) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)
untuk menentukan ukuran partikel dan struktur kimianya. BCNCs yang dihasilkan
dari hidrolisis asam sulfat dianalisis menggunakan PSA untuk menentukan ukuran
partikel hidrodinamis. BCNCs yang dihasilkan ditambahkan ke dalam larutan dope
selulosa asetat untuk membentuk membran CA-BCNCs. Pengujian karakteristik
membran dilakukan melalui serangkaian uji, termasuk densitas, derajat swelling,
porositas, fluks, koefisien permeabilitas, uji rejeksi, dan sudut kontak. Komposisi
pelarut yang divariasikan bertujuan untuk mengetahui efek terhadap kinerja dan
sifat fisikokimia dari membran yang dihasilkan. Suspensi BCNCs menghasilkan ukuran partikel yang berada dalam rentang
100-300,1 nm, sesuai dengan karakteristik yang diharapkan dari nanoselulosa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan BCNCs dalam membran
meningkatkan porositas sebesar 2% dibandingkan dengan membran selulosa asetat
murni. Namun, porositas menurun hingga 45% seiring dengan penambahan jumlah
aseton, yang menunjukkan bahwa membran menjadi lebih rapat. Fluks air
meningkat dari 3 L/m².jam menjadi 14 L/m².jam dengan penambahan BCNCs,
namun menurun menjadi 5 L/m².jam pada membran dengan komposisi aseton yang
lebih tinggi. Uji rejeksi menggunakan larutan dekstran dengan berat molekul 70
kDa dan 500 kDa menunjukkan peningkatan kemampuan membran dalam menolak
partikel seiring dengan meningkatnya jumlah aseton dalam larutan dope.
Hasil uji sudut kontak menunjukkan bahwa membran yang ditambahkan
dengan BCNCs memiliki sudut kontak yang lebih rendah, yaitu sekitar 67°, yang
mengindikasikan peningkatan hidrofilisitas. Namun, dengan semakin tingginya
komposisi aseton dalam larutan dope, sudut kontak meningkat hingga 77°,
menandakan bahwa membran menjadi lebih hidrofobik. Hal ini menunjukkan
bahwa variasi komposisi pelarut tidak hanya mempengaruhi struktur pori membran,
tetapi juga sifat permukaannya, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja filtrasi
membran tersebut.