Optimasi Produksi Gas Lapangan Y dengan Penambahan Sumur Infill Melalui Skenario Jaringan Pipa Model Terintegrasi
Abstract
Lapangan Y merupakan lapangan gas bumi yang memperoleh kontrak
penjualan gas selama 10 tahun dengan target gas rate pada akhir kontrak sebesar
11 MMSCFD. Dengan Reserve Lapangan Y sebesar 490.74 BSCF, sehingga masih
cukup banyak cadangan yang belum terambil yaitu sebesar 166.18 BSCF.
Perusahaan kemudian melakukan pengeboran tiga sumur infill pada Lapangan Y
untuk mencapai target produksi sesuai kontrak.
Skenario jaringan pipa dari tiga sumur infill merupakan bentuk optimasi
yang dilakukan dalam memberikan rekomendasi pemodelan jaringan pipa sumur
infill yang menghasilkan volume gas paling besar dengan bottlenecking yang terjadi
paling kecil. Tujuan dari pemodelan jaringan adalah untuk menentukan apakah
sebaiknya sumur infill digabungkan dalam satu jaringan pipa dengan sumur existing
terdekat ataupun dibuat jaringan pipa terpisah. Dikarenakan sumur infill cenderung
memiliki produktivitas yang besar dan dapat mendominasi sumur dengan
produktivitas kecil hingga menyebabkan rate loss. maka penting untuk
memasangkan sumur infill dengan sumur existing yang juga memiliki produktivitas
besar. Skenario optimasi jaringan produksi permukaan kemudian terbagi menjadi
3 skenario berdasarkan produktivitas sumur.
Pemodelan dari keseluruhan sistem produksi Lapangan Y dimulai dari
reservoir, sumuran hingga jaringan pipa menggunakan simulator MBAL untuk
simulator reservoir, PROSPER untuk simulator sumur serta GAP untuk total
system. Model pada simulator yang telah merepresentasikan keseluruhan sistem
produksi Lapangan Y disebut dengan model terintegrasi. Berdasarkan hasil running
pada tiga skenario yang dilakukan pada simulator, diketahui bahwa skenario 3 yaitu
masimg-masing sumur infill dibuat jaringan pipanya sendiri merupakan skenario
yang mampu menghasilkan volume gas paling besar pada akhir masa kontrak yaitu
sebesar 12.76 Mmscfd dan cumulative gas production sebesar 428.64 BSCF.
Selanjutnya dilakukan analisis bottlenecking menggunakan bottlenecking index
(BNI) untuk mengetahui bottlenecking yang terjadi pada ketiga skenario optimasi.
Analisa bottlenecking dihitung dengan melakukan perbandingan antara laju ali maksimum total yang diterima pada Gathering Station (qGS) terhadap laju alir
maksimum total (qmax). Berdasarkan hasil analisis bottlenecking menggunakan
bottlenecking index (BNI) diperoleh bahwa skenario 3 merupakan skenario dengan
bottlenecking index paling besar yaitu 0.71 dari nilai maksimum yaitu 1.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa skenario ketiga merupakan
skenario yang menghasilkan volume gas paling optimal serta skenario ini juga
memiliki nilai BNI yang optimal. Namun, dikarenakan perbedaan antara volume
gas dan nilai BNI pada skenario kedua dan skenario ketiga tidak signifikan, maka
penulis memilih skenario kedua sebagai skenario optimasi pada Lapangan Y. Hal
ini karena skenario kedua menggunakan lebih sedikit pipa sehingga dapat
mengurangi biaya operasi lapangan.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4091]