Optimasi Hydroxylpropilmethylcellulose (HPMC) dan Carbopol pada Tablet Kaptopril Sistem Floating Mucoadhesive dengan Metode Desain Faktorial
Abstract
Hipertensi merupakan salah satu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu ≥140 mmHg pada sistolik atau ≥ 90 mmHg pada diastolik. Berdasarkan data dari Global Burden of Disease pada tahun 2019 menyebutkan bahwa risiko penyebab kematian seperti stroke, jantung, dan gagal ginjal yang ada di Indonesia disebabkan oleh hipertensi. Salah satu terapi lini pertama yang dapat digunakan pada hipertensi yaitu kaptopril.
Kaptopril merupakan obat dengan golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) yang bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga pembuluh darah perifer mengalami vasodilatasi. Berdasarkan Biopharmaceutics Classification System (BCS), kaptopril termasuk dalam klasifikasi BCS kelas III yang memiliki kelarutan dalam air tinggi tetapi permeabilitas redah (Kapoor & Patel, 2012). Kaptopril memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 2-3 jam yang menyebabkan obat ini diberikan secara berulang untuk mempertahankan konsentrasinya dalam plasma.
Sistem pelepasan obat terkontrol dirancang untuk meningkatkan waktu tinggal obat di lambung. Salah satu bentuk pengembangan dari sistem ini adalah Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS). GRDDS dirancang untuk dapat bertahan di dalam lambung pada jangka waktu yang lebih lama. Salah satu contoh dari sistem GRDDS adalah dengan kombinasi floating mucoadhesive. Kombinasi dari floating mucoadhesive ini diharapkan dapat mengatasi kelemahan dari sistem floating maupun mucoadhesive yang digunakan secara tunggal sehingga dapat mempertahankan kemampuan mengapung dan melekat pada mukosa lambung selama waktu durasi yang diinginkan.
Polimer yang digunakan pada formulasi floating mucoadhesive yaitu HPMC sebagai polimer floating yang bersifat hidrofilik karena dapat mengembang dengan baik dan dapat memperpanjang durasi pelepasan obat. Carbopol sebagai polimer mucoadhesive yang bersifat hidrofobik sehingga pelepasan obat terjadi dengan penetrasi cairan ke dalam pori-pori matriks sehingga terjadi disolusi obat. Kombinasi keduanya dapat membantu untuk mengontrol laju pelepasan obat khususnya pada obat yang memiliki kelarutan tinggi seperti kaptopril.
Proses pembuatan tablet dilakukan dengan metode cetak langsung. Setelah semua bahan dicampur kemudian dilakukan evaluasi yang meliputi sifat alir atau sudut diam, homogenitas, dan moisture content dalam campuran serbuk. Campuran serbuk kemudian dikompresi dengan mesin cetak tablet yaitu single punch yang kemudian dilakukan evaluasi kekerasan, kerapuhan, keseragaman sediaan, kemampuan untuk mengapung (floating lag time, floating duration time), kekuatan mucoadhesive, serta pelepasan kaptopril. Respon yang diamati yaitu kemampuan mengapung dan waktu mucoadhesive tablet. Uji pelepasan tablet pada formula optimum dilakukan untuk mengetahui karakter pelepasan tablet.
Kriteria respon formula optimum yang diinginkan yaitu floating lag time 10-600 detik, floating duration time >12 jam, dan waktu mucoadhesive 60 menit. Hasil dari pengujian tersebut kemudian dilakukan analisis menggunakan Design Expert 11. Formula optimum kemudian di verifikasi dan hasil menunjukkan jumlah optimum HPMC sebesar 140 dan Carbopol sebesar 30 pada 400mg tablet kaptopril. Analisis statistika antara hasil percobaan dengan prediksi dari Deisgn Expert 11 menunjukkan nilai signifikansi >0,05 yang menunjukkan hasil tidak berbeda signifikan. Pelepasan formula optimum pada menit ke-480 rata-rata sebesar 66,514% mengikuti model pelepasan Korsmeyer-Peppas
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]