Pengaruh Inklusi Keuangan dan Keuangan Hijau terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Terpilih
Abstract
Sistem keuangan memegang peranan penting bagi perekonomian negara
ditengah era globalisasi saat ini. Sektor keuangan dengan berbagai produk
turunannya telah menjadi bagian penting dalam mendukung kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat secara masif, sehingga dinamika transaksi dalam sektor ini
seringkali menimbulkan biaya transaksi yang cukup tinggi. Timbulnya biaya
transaksi disebabkan oleh adanya informasi yang tidak simetris (asymetric
information) yang berimplikasi pada timbulnya adverse selection dan moral hazard
yang berujung pada ketidakefisienan. Namun gejolak sektor keuangan masih 
menjadi perdebatan dalam kajian literatur ekonomi dan keuangan. Pendapatlain
menyatakan sistem keuangan memiliki peran yang relatif kecil dalam
pembangunan ekonomi. Pendapat ini didukung dengan asumsi bahwa kegiatan
pembangunan ekonomi tidak menyinggung peran sektor keuangan.
Hingga saat ini tidak ada kesepakatan umum mengenai peran perkembangan
sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Perantara keuangan
meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi dengan pengalokasian kapital
yang paling optimal. Sektor keuangan yang berkembang dengan baik dapat
mendorong kegiatan perekonomian dan sebaliknya, apabila tidak berkembang
dengan baik akan menyebabkan perekonomian mengalami hambatan likuiditas
dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam ruang lingkup
kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi kebijakan
moneter sehingga shock yang dialami sektor keuangan juga mempengaruhi
efektivitas kebijakan moneter. Terdapat beberapa dampak yang dihasilkan dari
shock dalam pasar keuangan terhadap transmisi kebijakan moneter. Pertama, gejala 
monetization (proses pengkonversian surat berharga menjadi mata uang yang dapat 
digunakan untuk membeli barang dan jasa) dan securitization (proses pembentukan aset yang tidak likuid atau sekelompok aset melalui mekanisme keuuangan
menjadi surat-surat berharga) dalam bentuk inovasi produk-produk keuangan,
menyebabkan definisi, cakupan dan perilaku jumlah uang beredar mengalami
perubahan. Gejala ini berpeluang menciptakan ketidakstabilan hubungan antara 
harga (inflasi), uang beredar dan mengurangi kemampuan bank sentral dalam 
mengendalikan besaran moneter. Kedua, semakin berkembangnya sektor keuangan
mendorong kecenderungan terjadinya pelepasan keterkaitan antara sektor moneter 
dan sektor riil (decoupling). Konsekuensinya, kausalitas antara variabel-variabel
moneter dan berbagai variabel di sektor riil menjadi semakin kompleks dan sulit
diprediksi. Fungsi permintaan uang yang dipergunakan sebagai salah satu alat
manajemen moneter menjadi kurang stabil.
Pengembangan infrastruktur teknologi informasi dianggap mampu
mengkonsolidasikan dampak pengembangan keuangan pada pertumbuhan ekonomi
dengan mengurangi ketidaksempurnaan pasar dan mempromosikan fungsi 
keuangan. Pertama, infrastruktur keuangan hijau membantu mengurangi 
ketidaksempurnaan pasar dengan menyediakan mekanisme keuangan yang lebih 
efisien dan terjangkau untuk proyek-proyek yang berkelanjutan dan ramah 
lingkungan. Lembaga keuangan hijau seperti bank-bank pembangunan hijau atau 
pasar obligasi hijau dapat memfasilitasi pembiayaan bagi proyek-proyek 
infrastruktur yang berorientasi pada pengurangan emisi, energi terbarukan, atau 
efisiensi energi sehingga infrastruktur keuangan hijau membantu mengatasi 
hambatan finansial yang sering menghalangi proyek-proyek ini dari mendapatkan 
pendanaan yang cukup di pasar konvensional.
Kedua, infrastruktur keuangan hijau mempromosikan fungsi keuangan yang 
lebih baik dengan cara mengalokasikan modal secara lebih efisien dan mendukung 
inovasi keuangan untuk mendukung transisi menuju ekonomi yang lebih 
berkelanjutan. Proyek berkelanjutan tersebut dapat melalui pengembangan 
instrumen keuangan baru seperti obligasi hijau, yang tidak hanya menyediakan 
sumber pendanaan tetapi juga memperkuat praktik keuangan berkelanjutan. 
Dengan demikian, infrastruktur keuangan hijau tidak hanya membantu memperluas akses terhadap modal tetapi juga mengarahkan aliran modal ke sektor-sektor yang 
berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan negatif dan meningkatkan 
ketahanan ekonomi jangka panjang.
Perkembangan sektor keuangan mendorong pertumbuhan ekonomi terutama
melalui dua saluran, yaitu akumulasi modal dan diversifikasi ekonomi. Implikasi 
perkembangan keuangan hijau dalam investasi pada proyek-proyek yang 
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat menjadi salah salah satu pendorong 
utama pembangunan ekonomi karena berkontribusi pada inovasi dan
pengembangan produk-produk hijau. Teori Solow (1963) menyatakan bahwa 
akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan teknologi dapat menjadi kunci utama 
pendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori Harrod-Domar 
menyatakan bahwa investasi dan tabungan merupakan kunci pertumbuhan 
ekonomi.
Perkembangan teoritis yang mendasari keuangan hijau ialah teori Environmnet 
Kuznets Curve yang beranggapan bahwa emisi karbon akan meningkat seiring 
dengan pertumbuhan ekonomi. Emisi karbon dapat mempengaruhi pertumbuhan 
ekonomi jangka panjang suatu negara, sehingga diperlukan instrumen-instrumen 
keuangan yang mampu memitigasi lingkungan. Namun, pada titik balik tertentu, 
pertumbuhan ekoonomi juga akan meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh antara inklusi 
keuangan dan keuangan hijau terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih. 
Metode yang digunakan adalah Panel Leasts Square. Penggunaan metode tersebut 
guna menjelaskan pengaruh inklusi keuangan dan ekonomi digital terhadap 
pertumbuhan ekonomi. Variabel yang digunakan meliputi GDP riil per kapita,
kredit sektor swasta, obligasi hijau, dan pajak lingkungan. 
Sepuluh jurnal acuan sebagai penelitian terdahulu digunakan dalam penelitian 
ini yakni empat jurnal yang membahas mengenai inklusi keuangan terhadap 
pertumbuhan ekonomi serta enam jurnal yang membahas mengenai keuangan hijau 
terutama investasi hijau terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai langkah 
menjawab rumusan masalah, penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu analisis deskriptif dan melalui teknik estimasi data panel model terbaik yakni Fixed Effect 
Model (FEM).
Hasil regresi data panel pada uji Fiixed Effect Model menunjukkan nilai 
stastistik 6,593790 dan probabilitas 0,0000 untuk variabel kredit sektor swasta, nilai 
stastistik 7,046743 dan probabilitas 0,0000 untuk variabel obligasi hijau serta nilai 
statistik -1,080212 dan probabilitas 0,2817 untuk variabel pajak lingkungan. Hasil 
ini dapat diartikan bahwa kredit sektor swasta berpengaruh positif dan signifikan 
terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih, hal yang sama berlaku pada 
variabel obligasi hijau. Sebaliknya, variabel pajak lingkungan memberikan hasil 
yang negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih.
