dc.description.abstract | Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa genus
Plasmodium. Penyakit malaria masih ditemukan pada semua provinsi di Indonesia
dengan stratifikasi malaria tinggi (berdasarkan Annual Parasite Incidence/API)
terdapat di wilayah Indonesia bagian Timur. Malaria Tropika yang disebabkan
oleh Plasmodium falciparum sering dapat menyebabkan malaria berat dengan
angka kematian lebih dari 1 juta orang tiap tahunnya. Insiden malaria berat di
Minahasa adalah 6% dari kasus yang dirawat di RS dengan mortalitas 10-20%.
Malaria berat merupakan hasil akhir dari beberapa kejadian seperti induksi sitokin
oleh toksin dari parasit, upregulasi reseptor-reseptor endotel secara langsung oleh
adhesi eritrosit yang terinfeksi atau pelepasan sitokin-sitokin pro-inflamasi,
sitoaderen yang berlebihan dan roseting serta gangguan atau hambatan total aliran
darah lokal.
Respon awal sistem imun untuk eliminasi parasit malaria membutuhkan
interaksi antara respon imun alamiah yang diwakili sel fagosit makrofag.
Makrofag yang teraktivasi akan menghancurkan parasit malaria dengan cara
memproduksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species
(RNS). Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan molekul reaktif yang
terbentuk dari oksigen, terdiri dari anion superoksida (O
), hidrogen peroksida (H
2
O
2
2
-
), radikal hidroksil (OH
). Reactive Nitrogen Species (RNS) merupakan
molekul reaktif yang terbentuk dari nitrogen, terdiri dari peroxynitrite anion dan
Nitric Oxide (NO). Reactive Oxygen Species termasuk radikal bebas dengan
mudah dapat menyerang Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) yang menyebabkan
-
peroksidasi lipid dan menmproduksi Maloondialdehyde (MDA). Pengeluaran NO
dan ROS sebenarnya bertujuan untuk membunuh parasit, namun karena sifat
radikal bebas yang tidak spesifik dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
sekitarnya.
Berbagai cara dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
malaria, salah satunya dengan menggunakan imunostimulan. Salah satu bahan
bioaktif yang dapat berfungsi sebagai imunostimulan adalah kurkumin. Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.) merupakan rempah-rempah dari famili yang sama
dengan kunyit dan memiliki kandungan bioaktif yaitu kurkumin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran ekstrak Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.) terhadap produksi NO dan MDA pada mencit yang
diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah post test only control group design. Sejumlah 30 mencit Balb/C dengan
berat antara 25-30 gram dan umur 2-3 bulan dibagi ke dalam 5 kelompok. Derajat
parasitemia diperiksa tiap hari setelah mencit diinfeksi Plasmodium berghei.
Terapi ekstrak Bangle ataupun Artemisinin diberikan apabila telah ditemukan
plasmodium di dalam darah. Lama pemberian terapi selama 4 hari berdasarkan
metode Peter yang dimodifikasi. Produksi NO serum diukur dengan reagen Griess
dengan modifikasi menurut Green et al. (1982) dan Ding et al. (1988) serta
pemeriksaan MDA menggunakan metode Thiobarbituric Acid Reactive
Substances (TBARS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
produksi NO serum (p<0,05) antara kelompok Bangle dengan kelompok tanpa
terapi (p=0,045), kelompok Bangle-Artemisinin dengan kelompok tanpa terapi
(p=0,037). Produksi MDA serum tidak memiliki perbedaan yang bermakna antar
kelompok (p>0,05). Pemberian Bangle sebagai imunostimulan mampu
meningkatkan produksi NO serum dibandingkan dengan kelompok tanpa terapi
tetapi pemberian Bangle tidak berperan terhadap produksi MDA pada mencit
yang diinfeksi Plasmodium berghei. | en_US |