Show simple item record

dc.contributor.authorDerry Herdhimas
dc.date.accessioned2013-12-24T05:25:09Z
dc.date.available2013-12-24T05:25:09Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nimNIM102010101025
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12370
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik Tanggal 15 Agustus 2022
dc.description.abstractKeracunan metanol sering terjadi di negara kita dan dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas seperti yang pernah tejadi pada pertengahan tahun 2008, 21 orang tewas di Jambi karena menenggak minuman keras oplosan, 26 orang dilaporkan tewas di Denpasar tahun 2009. Di Manado, 12 orang tewas. Di Indramayu, 19 remaja juga tewas karena hal serupa. Di Banjarmasin pada tahun 2011 4 Warga Negara Rusia tewas setelah minum miras oplosan (Armandhanu, 2011). Hal ini disebabkan oleh sering dipakainya metanol sebagai pengganti alkohol oleh pecandu-pecandu alkohol, karena harganya relatif murah. Meskipun bahan ini utamanya hanya menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation), bahan metabolitnya sendiri dapat menimbulkan asidosis metabolik, kebutaan, dan kematian setelah periode laten selama 6-30 jam (Tjokroprawiro, 2007). Salah satu organ yang mendapat gangguan adalah ginjal. Ginjal umumnya kurang dipertimbangkan sebagai target organ utama dalam kasus intoksikasi metanol. Gagal ginjal akut sebelumnya lebih dipertimbangkan sebagai komplikasi terminal keracunan metanol, akan tetapi episode berulang dari kerusakan ginjal akut telah banyak didokumentasikan (Closs & Solbeg, 1970). Mekanisme patofisiologinya masih diragukan, namun pada beberapa deskripsi terdahulu menjelaskan bahwa mekanisme yang terjadi adalah nekrosis tubulus proksimal tanpa lesi glomerulus (Erlanson et al, 1965). Madu adalah cairan manis alami yang berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu. Madu merupakan salah satu dari sekian banyak bahan alami yang telah lama digunakan sebagai obat (Susanto, 2007). Beberapa Bukti mengatakan bahwa madu memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan seperti gastroprotektif, hepatoprotektif, antioksidan, anti hipertensi, anti bakteri, anti jamur, dan anti inflamasi. Selain itu madu mengandung enzim-enzim vii seperti glukosa oksidase, diastase, invertase, katalase, dan peroksidase yang sangat baik untuk kesehatan (Bogdanov et al. 2008). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap perubahan histopatologi ginjal tikus wistar jantan yang diinduksi metanol dan mengetahui pengaruh perbedaan dosis madu yang diberikan tehadap perubahan histopatologi ginjal tikus wistar jantan yang diinduksi metanol. Penelitian ini adalah penelitian true eksperimental yang menggunakan hewan coba tikus, dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan September 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu yang berasal dari nektar buah kelengkeng yang di sekresikan oleh lebah Apis meliifera dan sudah memiliki sertifikat SNI. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus Wistar jantan (Rattus novergicus) yang rata-rata berusia 2-3 bulan dengan berat sekitar 150-200 gram. Penelitian ini menggunakan sampel 25 ekor tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok K n (kontrol negatif), Kp (kontrol positif), P1 (perlakuan 1), P2 (perlakuan 2), dan P3 (perlakuan 3). Jumlah sample pada masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus wistar yang ditentukan secara acak (simple random sampling). Selanjutnya tikus akan diaklimatisasi selama 7 hari dengan pemberian pakan dan minum standar. Kemudian dilakukan perlakuan dengan pemberian madu melalui sonde lambung dengan dosis yang ditentukan berdasarkan hasil konversi dari manusia ke tikus yang setara dengan 0,25 mL/200 gram BB tikus ; 0,5mL/200 gram BB tikus dan 0,75mL/200 gram BB tikus. Pemberian madu ini dilaksanakan pada hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke 6 dan 7 dilakukan induksi metanol melalui sonde lambung pada semua sampel dengan dosis 2,25 ml 1 jam setelah pemberian madu. Pada hari ke-8, seluruh tikus dikorbankan melalui dekapitasi. Selanjutnya tikus dibedah dan dilakukan pengambilan organ ginjal untuk dilakukan pemrosesan jaringan yang kemudian dilakukan pengamatan mikroskopis. Sampel yang sudah diambil kemudian dibersihkan dengan aquadest dan difiksasi dengan menggunakan formalin 10%. Dari setiap sampel ginjal dibuat preparat dengan potongan koronal. Preparat tersebut akan dibaca minimal 100 sel dalam lima lapangan pandang dengan perbesaran 400x. Sasaran yang dibaca adalah perubahan abnormal gambaran histopatologi pada ginjal dengan menghitung sel normal, atrofi/dilatasi sel, viii inflamasi/fibrosis sel, dan nekrosis sel. Penentuan skor ditentukan berdasarkan kriteria scoring Venient et Al.. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan perubahan gambaran histopatologi sel ginjal tikus wistar yang bermakna dengan nilai p=0.002. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian madu terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal yang diinduksi metanol. Hal ini didukung oleh temuan penelitian dalam analisis deskriptif yang menyatakan bahwa pada kelompok perlakuan 3 terjadi kerusakan sel tubulus ginjal yang terkecil daripada kelompok perlakuan lain (diluar kelompok kontrol negatif). Sedangkan dalam analsis analitik antara kelompok perlakuan 1 dengan perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 2 dengan perlakuan 3, ditemukan perbedaan pada analisa deskriptif, namun tidak ditemukan perbedaan yang bermakna dalam analisis analitik. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan beberapa komponen madu yang dapat mencegah kerusakan pada ginjal sangat bervariasi dan dimungkinkan kurang mencukupi untuk mencegah kerusakan ginjal akibat induksi metanol secara signifikan. Kemudian dapat juga diakibatkan oleh dosis metanol yang diberikan terlalu banyak sehingga upaya pencegahan kurang bermakna, selain itu terdapat pula faktor-faktor lain, yaitu rentang dosis madu yang tidak terlalu besar, waktu penelitian yang singkat, dan faktor stress. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian madu personde dengan dosis 1ml/hari , 2ml/hari, dan 3ml/hari terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal tikus wistar yang telah diinduksi metanol. Pada kelompok kontrol negatif tidak terdapat perubahan gambaran histopatologi, sedangkan pada kelompok kontrol positif terdapat perubahan histopatologis yang sangat signifikan. Dosis pemberian madu berpengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal yang diinduksi metanol. Hal ini ditunjukkan semakin tinggi pemberian dosis madu maka skor presentasi kerusakan sel ginjal yang diinduksi metanol semakin menurun.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102010101025;
dc.subjectISTOPATOLOGIen_US
dc.subjectGINJAL
dc.titlePENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOLen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record