Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Pengungkapan Emisi Karbon dengan Financial Distress sebagai Pemoderasi
Abstract
Isu lingkungan terkait pemanasan global yang disebabkan oleh
peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer bumi, menjadi topik yang
menjadi perhatian seluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu kontributor
penghasil GRK, menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon
melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Republik
Indonesia. Komitmen tersebut diwujudkan dalam peraturan terkait inventarisasi
GRK yang mendorong perusahaan melakukan inventarisasi GRK, salah satunya
dengan pengungkapan emisi karbon. Pengungkapan tersebut dapat dilakukan jika
perusahaan mengimplementasikan tata kelola yang baik. Namun, terjadinya
financial distress dapat menghambat keputusan tata kelola untuk mengungkapkan
emisi karbon, mengingat tujuan utama perusahaan adalah mengoptimalkan
keuntungan. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tata
kelola yang diproksikan dengan board size dan kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan karbon dengan financial distress sebagai pemoderasi.
Penenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan
metode purposive sampling untuk pengumpulan data. Pengungkapan emisi karbon
sebagai variabel dependen (Y) diukur dengan metode ceklis berdasarkan GRI 305
tentang emisi. Variabel independen Board Size (X1) diukur dengan menghitung
jumlah dewan komisaris dan direksi dalam perusahaan, sedangkan variabel
Kepemilikan Institusional (X2) diukur dengan membandingkan saham yang
dimiliki pihak institusi dengan total saham perusahaan yang beredar. Kemudian
Financial Distress sebagai variabel moderasi diukur menggunakan model prediksi
kebangkrutan Altman Z-Score Modifikasi. Analisis regresi yang dilakukan adalah
Moderated Regression Analysis (MRA), sedangkan hipotesis penelitian akan diuji
menggunakan Uji F Test, Uji t Test, dan Uji Koefisien Determinasi (R²).
Hasil uji hipotesis yang dilakukan secara simultan menunjukkan bahwa
seluruh variabel prediktor berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Jika
hasil uji parsial menunjukkan bahwa kedua variabel independen tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Hal ini terjadi karena jumlah
dewan pada suatu perusahaan tidak dapat menjadi acuan perusahaan dalam
melakukan pengungkapan emisi karbon karena masing-masing individu memiliki
kompetensi dan integritas yang berbeda. Begitu pula pemegang saham dari pihak
institusi yang tidak dapat menekan perusahaan melakukan pengungkapan emisi
karbon karena adanya keberagaman kebijakan internal institusi yang
dimungkinkan lebih memprioritaskan peningkatan nilai perusahaan melalui
strategi lainnya. Selanjutnya, Financial Distress mampu memoderasi pengaruh
Board Size terhadap Pengungkapan Emisi Karbon. Hal ini terjadi karena financial
distress dapat mengancam legitimasi yang dimiliki perusahaan sehingga para
dewan akan mendorong perusahaan melakukan pengungkapan emisi karbon untuk
mempertahankan legitimasi masyarakat. Lain hal dengan financial distress yang
tidak mampu memoderasi pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon. Hal tersebut terjadi karena pemegang saham dari
pihak institusi yang tidak mendukung pengungkapan emisi karbon akan semakin
menentang jika perusahaan mengalami financial distress. Kepemilikan
Institusional justru akan mendesak perusahaan untuk mengatasi masalah
keuangan yang dialami.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas sumber data yang
digunakan agar mendapatkan informasi pengungkapan yang lebih banyak.
Menggunakan proksi variabel independen yang menunjukkan karakteristik tata
kelola dan objek penelitian yang dapat dipastikan mengalami financial distress.