Desain Sensor Array Berbasis Polimer Konduktif (PANi-HCl, PPy-HCl, PANi-PPy, PANi-GO, PPy-GO, PANi-PPy-GO, PVA-GO, dan Pati-GO) Untuk Membedakan Aroma Kopi Robusta
Abstract
Sensor kimia yang dapat menghasilkan sinyal listrik ketika berinteraksi dengan
senyawa kimia berupa gas maupun uap disebut sensor gas. Penelitian mengenai
sensor gas saat ini mulai banyak dikembangkan dan diteliti sensor gas yang berbasis
polimer konduktif. Polimer konduktif merupakan polimer terkonjugasi yang bisa
menjadi konduktor (ikatan pada rantai berupa ikatan tunggal dan rangkap yang
berposisi berselang-seling). Kehadiran cincin aromatik dalam rantai meningkatkan
nilai konduktivitas. Polimer konduktif dapat ditingkatkan konduktivitasnya jika
dilakukan doping dengan dopan yang dapat menghilangkan atau menambahkan
elektron ke rantai polimer sehingga meningkatkan nilai konduktivitas. Sensor
berbasis polimer konduktif sebagai sensor tunggal hanya dapat mendeteksi satu
aroma tertentu, sehingga dapat dikembangkan sensor yang disusun array agar dapat
digunakan untuk membedakan beberapa aroma. Sensor tersebut berupa array yang
disusun dari beberapa sensor gas berbasis polimer konduktif yaitu PANi - HCl, PPy
- HCl, PANi - PPy, PANi - GO, PPy - GO, PANi - PPy - GO, PVA – GO, dan Pati
- GO.
Sensor gas yang dirancang berupa array yang disusun dari 8 sensor gas
berbasis polimer konduktif yang terdiri dari komposit PANi - HCl, PPy - HCl, PANi
- PPy, PANi - GO, PPy - GO, PANi - PPy - GO, Pati - GO, dan PVA – GO.
Pencampuran antara material dari setiap komposit memiliki komposisi dan
ketebalan yang berbeda. Penyusunan setiap sensor diletakkan pada chamber akrilik
yang memiliki lubang jalur gas dari sampel uap air dan uap kopi sehingga gas dapat
mengenai permukaan sensor. Kopi yang digunakan sebagai sampel berasal dari
kebun kopi Garahan, Gumitir, Ledokombo, dan Sidomulyo.
Proses pengukuran dilakukan dengan pengukuran uap air terlebih dulu
sebanyak 150 data yang di alirkan ke sensor, kemudian uap kopi sebanyak 300 data,
lalu uap air kembali sebanyak 300 data untuk mengembalikan respon ke baseline.
Pengukuran dilakukan secara berkelanjutan untuk melihat perbedaan sinyal yang
dihasilkan antara uap air dan uap kopi. Proses pengukuran dilakukan sebanyak 10
kali pengulangan. Data dari uap air dijadikan sebagai baseline sehingga hasil selisih
antara data tegangan uap kopi dan baseline menjadi data respon tegangan untuk
aroma kopi. Data respon tegangan aroma kopi kemudian digunakan untuk uji
repeatabilitas, reprodusibilitas, dan analisis PCA.
Kinerja masing-masing sensor pada sensor gas array dapat ditinjau dari
repeatabilitas, reprodusibilitas, dan waktu respon yang dihasilkan dalam
membedakan aroma kopi robusta. Hasil %RSD yang diperoleh dari pengujian
repeatabilitas pada semua kebun menunjukkan bahwa masing-masing sensor
memiliki tingkat presisi yang baik karena memiliki RSD kurang dari 5%. Hasil
pengujian reprodusibilitas pada minggu pertama sampai minggu ketiga memiliki
RSD kurang dari 5%, namun pada minggu keempat RSD yang dihasilkan melebihi
5% yang menunjukkan bahwa pada minggu keempat sensor gas array sudah tidak
dapat bekerja secara optimum. Setiap sensor memiliki respon aroma kopi yang
berbeda dan di setiap kebunnya memiliki karakterisik pola respon yang berbeda.
Hal itu mengindikasikan bahwa aroma kopi dari setiap kebun dapat dibedakan
menggunakan sensor gas array, namun sensor gas array hanya dapat membedakan
dan tidak dapat mendeteksi secara jelas senyawa yang terkandung dalam sampel
kopi. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa setiap sampel dari kebun kopi
Garahan, Gumitir, Ledokombo, dan Sidomulyo telah berkelompok pada masingmasing kebunnya. Sampel kebun kopi Sidomulyo, Ledokombo, dan Gumitir
terletak pada kuadaran yang berbeda, untuk sampel kebun kopi Garahan sebagian
berada pada kuadran yang sama dengan kebun Gumitir, namun kedua sampel kopi
tersebut terpisah cukup jauh sehingga dapat dibedakan secara nyata.