Kritik Sosial dalam Novel A Man Called Ove Karya Fredrick Backman ke Film A Man Called Otto Karya Sutradara Marc Forster: Kajian Ekranisasi
Abstract
Novel A Man Called Ove merupakan buku asal Swedia yang telah diterjemahkan ke banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia. Kepopuleran novel menjadikannya mengalami dua kali adaptasi ke bentuk film dengan dua judul berbeda. Salah satu film yang menjadi objek kajian adalah film A Man Called Otto. Artikel ini memuat kajian ekranisasi yang berfokus pada perubahan yang terjadi dalam proses pengalihwahanaan serta kajian bantu kritik sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Tujuan penggunaan metode untuk mendeskripsian keterkaitan antarunsur pembangun, proses ekranisasi yang terjadi, serta kritik sosial yang terkandung dalam objek material. Analisa terhadap unsur intrinsik menunjukkan keterkaitan pada tiap unsur pembangunnya. Kajian ekranisasi yang dilakukan memperoleh hasil adanya 6 penciutan alur, 4 penciutan latar, dan 7 penciutan tokoh. Pada aspek penambahan terdapat 8 alur yang ditambahkan, 3 penambahan latar, dan 4 penambahan tokoh. Aspek ketiga didapati 5 perubahan bervariasi alur, 5 perubahan bervariasi latar, dan 10 perubahan bervariasi tokoh. Terdapat delapan pembagian kritik yang ditemukan yakni, kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, birokrasi, lingkungan hidup, pendidikan, serta agama dan kepercayaan. Perubahan mutlak terjadi dan tidak dapat dihindari dalam proses pengalihwahanaan. Backman menggunakan karya sastra sebagai alat penyampaian kritik.