dc.description.abstract | Merokok menurut Sitepoe adalah membakar tembakau kemudian dihisap
asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Menurut hasil
Riskesmas (2010), penduduk Indonesia berusia >15 tahun yang merokok setiap
hari sebanyak 28,2%, yang kadang-kadang (tidak setiap hari) merokok sebanyak
6,5%, mantan perokok sebesar 5,4%,. Menurut Arist, berdasarkan hasil survei
Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia yang diluncurkan Kementrian
Kesehatan pada 11 September 2012, diketahui jumlah perokok aktif di Indonesia
terbanyak dari 16 negara. Tercatat sekitar 61,4 juta penduduk Indonesia adalah
pengkonsumsi tembakau.
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan meningkatnya akumulasi plak, dimana
plak merupakan media pelekat bakteri pada polisakarida, yang dapat
mempertinggi produksi asam bakteri, sehingga pH saliva menjadi menurun
(Cawson, 1994).
Sekresi saliva tidak ada perbedaan antara perokok dan tidak perokok,
sedangkan pengaruh buffer rata rata signifikan lebih rendah pada perokok
dibandingkan bukan perokok (Khan et al., 2010). Terdapat perbedaan pH saliva
perokok dengan tidak perokok dimana tingkat keasaman saliva perokok lebih
tinggi dibandingkan yang tidak perokok (Puspawati, 2005).
Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan pH
saliva (Johnson dan Bain,2000). pH rata rata perokok pada perokok filter
sebanyak 7 s/d 20 rokok perhari adalah 5,55 (Puspawati, 2005). Derajat keasaman
saliva secara normal berkisar antara 6,2 – 7,6 dengan rata-rata 6,7 .
Dengan menggunakan kayu siwak yang memiliki banyak kandungan, yaitu
asam antibacterial (astringents dan abrasive), kandungan kimiawi (chloride,
viii
potassium, sodium bicarbonate, flouride, silica, sulfur, vitamin C, trimethylamine,
salvadorine, tannin), dan antidecay agents dan antigermal agents.
Dengan menggunakan kayu siwak yang mengandung bikarbonat, fosfat,
kalsium, staterin, dan flourida maka akan memberikan efek baik secara tidak
langsung maupun langsung pada perokok. Dengan demikian, derajat keasaman
saliva dapat ditingkatkan. Sehingga pH saliva tersebut dapat menjadi normal
kembali.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kayu siwak
terhadap pH saliva perokok laki-laki dan untuk mengetahui seberapa lama siwak
dalam mempertahankan pH saliva perokok setelah menggunakan siwak.
Jenis penilitian ini merupakan penelitian uji klinis pretest-posttest control
group design. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Jember untuk mencari
respondent sebanyak 27 orang dan melakukan pengukuran pH saliva dengan
menggunakan pH meter di Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Jember dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan September 2013.
Data hasil penelitian diuji menggunakan uji t tidak berpasangan dan
Mann-Whitney untuk menunjukkan pengaruh pH saliva sebelum dan setelah
menggunakan kayu siwak. Dari hasil pengukuran, rata-rata pH saliva setelah
diberi perlakuan dengan kayu siwak dan dipuasakan selama 1 jam (P1), 2 jam
(P2), dan 3 jam (P3) mengalami peningkatan. Dari hasil uji Mann-Whitney,
terdapat peningkatan pH saliva secara signifkan pada P2. Sedangkan berdasarkan
uji t-tidak berpasangan, peningkatan pH saliva pada P1 dan P3 tidak signifikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan kayu siwak pada perokok
aktif laki-laki berusia 19-29 tahun dapat meningkatkan derajat keasaman (pH)
saliva. Peningkatan ini bermakna secara statistik pada P2 dan tidak bermakna
secara statistik pada P1 dan P3. Peningkatan pH saliva dapat bertahan selama 1, 2
dan 3 jam dan akan mengalami penurunan kembali seiring berjalannya waktu. | en_US |