dc.description.abstract | Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan
hampir di seluruh bagian dunia. Padi dijadikan sebagai komoditi pangan oleh
sebagian besar penduduk dunia terutama di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Erdiyansyah dan Sekar, 2018). Negara Indonesia memiliki bermacammacam varietas padi, seperti varietas Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 32 yang akan
digunakan pada penelitian ini sebagai sampel. Beras merupakan hasil utama dari
pembudidayaan padi yang mengandung banyak nutrisi dan penting dalam
metabolisme tubuh (Darmadjati, 1988). Beras memiliki peranan dalam
pemenuhan kebutuhan gizi dalam tubuh karena banyak mengandung karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan vitamin yang penting untuk kelancaran proses
metabolisme didalam tubuh. Beras yang dihasilkan pada proses pemanenan akan
melewati proses pengeringan dan penggilingan hingga dihasilkan beras sosoh
yang bias dikonsumsi. Beras sosoh adalah beras yang kulit arinya telah
dihilangkan. Beras mengandung beberapa mineral makro seperti Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) dan mikro seperti zat besi (Fe), Selenium (Se),
Iodium (I), Tembaga (Cu), serta Seng (Zn). Presentase tembaga yang terdapat
dalam per 100 gram beras yaitu 13% dari jumlah seluruh kandungan mineral
dalam beras (Anonim, 1981). Kadar tembaga pada beras bisa ditingkatkan untuk
mencapai rasio yang tepat sehingga dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang
terdapat dalam setiap bulir beras yang di konsumsi.
Pemupukan hidrolisat ikan dilakukan pada kedua varietas padi dengan
metode semprot daun pada pagi hari. Pupuk organik cair hidrolisat ikan yang
diberikan pada padi sebagai pupuk tambahan merupakan hidrolisat ikan “Tirta Sari Mina”. Padi dari varietas Inpari IR Nutri Zinc dipupuk menggunakan
hidrolisat ikan pada umur 63, 70, 75 dan 81 HST (hari setelah tanam), sedangkan
varietas Inpari 32 dipupuk pada umur 75, 82, 87 dan 93 HST. Padi varietas Inpari
IR Nutri Zinc dipanen pada umur 94 HST, sedangkan Inpari 32 pada umur 96
HST. Sampel padi dari kedua varietas diambil dengan metode simple random
sampling, yaitu mengambil masing-masing varietas sebanyak 11 kg. Sampel padi
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-4 hari kemudian
dilanjutkan dengan proses penggilingan menghasilkan beras sosoh. Beras sosoh
kemudian dihaluskan menggunakan grinder menjadi tepung beras. Beras sosoh
yang digunakan untuk analisis kadar airnya dengan menimbang sebanyak 5,00000
gram tepung beras kemudian dikeringkan pada oven dan ditimbang kembali
hingga didapatkan berat yang konstan. Beras sosoh yang telah diketahui kadar
airnya selanjutnya diteliti kadar tembaganya. Sampel beras sosoh ditimbang
sebanyak 2,00000 gram dan ditambahkan dengan HNO3 65% sebanyak 15 mL
kemudian didiamkan semalaman hingga beras larut. Lautan tersebut kemudian
dipanaskan pada suhu 65oC hingga gas NO habis menguap dan larutan berubah
menjadi jernih. Larutan sampel beras masing-masing selanjutnya diuji kadar
tembaganya menggunakan alat Atomic Absorption Spekctrofotometry (AAS).
Hasil penelitian kadar air pada sampel beras sosoh yang didapat telah
sesuai dengan ketentuan persen Gabah Kering Giling (GKG) yaitu dibawah 14%.
Kadar air pada beras varietas Inpari IR Nutri Zinc dengan variasi kontrol dan
semprot daun berturut-turut sebesar 8,27± 0,235% dan 9,44 ± 0,334% sedangkan
beras varietas Inpari 32 dengan variasi control dan semprot daun berturut-turut
sebesar 6,84 ± 0,358% dan 8,24 ± 0,256%. Kadar tembaga yang terkandung
dalam beras dari kedua varietas padi dengan penambahan pupuk hidrolisat ikan
menunjukkan adanya peningkatan kadar tembaga pada beras. Padi varietas Inpari
IR Nutri Zinc dengan penambahan hidrolisat ikan memiliki kadar tembaga sebesar
8,49 ± 0,203 mg/kg , sedangkan sampel kontrol sebesar 5,63± 0,126 mg/kg.
Kadar tembaga pada sampel beras sosoh dari padi varietas Inpari 32 sebesar 8,19
± 0,119 mg/kg, sedangkan sampel kontrol sebesar 5,43 ± 0,105 mg/kg.
Peningkatan kadar tembaga pada keempat sampel tersebut menunjukkan bahwa hidrolisat ikan memberikan pengaruh terhadap kadar mineral tembaga yang
terkandung dalam beras. Kandungan tembaga dalam hidrolisat ikan yang
didapatkan sebesar 6,18 mg/kg. Hidrolisat ikan yang ditambahkan mengandung
asam amino yang secara efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
penyerapan nutrisi tembaga. Kadar tembaga yang diperoleh kemudian dilakukan
uji recovery, untuk mengetahui keakuratan metode analisisis dan alat yang
digunakan selama proses analisis.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hidrolisat ikan berperan
secara efektif dalam peningkatan kadar tembaga pada kedua sampel beras melalui
metode pemupukan semprot pada daun. Peningkatan kadar tembaga beras pada
kedua varietas padi sebesar 50,79% untuk varietas Inpari IR Nutri Zinc dan
50,82% untuk varietas Inpari 32. Penelitian yang telah dilakukan diharapkan bisa
dikembangkan lagi pada varietas padi dan metode pengaplikasian yang berbeda. | en_US |
dc.description.sponsorship | Drs. Achmad Sjaifullah, M.Sc., Ph.D
Dr. Busroni, M.Si
Dr. Muhammad Reza, S.Si., M.Si | en_US |