Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Audio Visual terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Penyakit Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari
Abstract
Katarak senilis merupakan kekeruhan pada lensa mata yang terjadi pada
kelompok usia >40 tahun. Proses penuaan menjadi faktor terjadinya katarak senilis.
Katarak menjadi salah satu satu masalah kesehatan di dunia yang dapat
menyebabkan kebutaan. Angka kejadian katarak di Indonesia menjadi urutan
pertama penyebab kebutaan (34,47%) dan menjadi urutan kedua penyebab
gangguan penglihatan (25,81%). Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan intervensi terhadap faktor risiko terjadinya katarak. Hasil pengukuran
pengetahuan sebelumnya menunjukkan sebanyak 32 orang memiliki pengetahuan
yang rendah. Pemberian pendidikan kesehatan menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan penyakit katarak senilis. Audio
visual dapat digunakan sebagai metode dalam melakukan pendidikan kesehatan
untuk memberikan informasi kesehatan sehingga mampu meningkatkan
pengetahuan.
Penelitian ini menggukan quasi-experiment design dengan rancangan pre-test
dan post-test with control group. Populasi dalam penelitian ini yaitu orang dewasa
di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan simple random sampling. Besaran sampel yang
digunakan yaitu 58 responden dengan 29 responden di kelompok kontrol dan 29
responden di kelompok intervensi. Proses edukasi yang dilaksanakan yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan melalui audio visual pada kelompok intervensi
dan pada kelompok kontrol dibagikan leaflet. Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan katarak yang telah valid. Analisa
data menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan inter-kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dan Uji Mann Whitney untuk mengetahui
intra-kelompok sesudah di berikan perlakuan.
Hasil penelitian didapatkan dari Uji Wilcoxon yaitu pengetahuan responden
pada kelompok intervensi didapatkan nilai pre-test dan post-test dengan p-value
0,000 < 0,05 yang artinya terdapat perbadaan yang signifikan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan melalui audio visual mnegenai pencegahan katarak
senilis. Berbeda dengan kelompok kontrol nilai p-value 0,002 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa juga terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok
kontrol. Hasil Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05 yang artinya
terdapat perbedaan secara signifikan pada post-test kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah pemberian pendidika kesehatan melalui audio visual.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden didapatkan
pada kelompok intervensi median usia 29 tahun dengan usia minimal 23 tahun dan
usia maksimal 41 tahun, berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan terakhir
SMA dan belum pernah mendapatkan informasi mengenai pencegahan katarak.
Untuk kelompok kontrol media usia 31 tahun dengan usia minimal 24 tahun dan
usia maksimal 41 tahun, berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan terakhir
SMA dan belum pernah mendapatkan informasi mengenai pencegahan katarak.
Hasil uji statistik didapatkan perbedaan secara signifikan pada pre-test dan post-test
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Selanjutnya, terdapat pula
perbedaan secara signifikan pada nilai post-test kedua kelompok, sehingga
pemberian pendidikan kesehatan melalui audio visual dinilai efektif dan mampu
dalam meningkatkan pengetahuan responden. Dengan demikian hipotesis altenatif
(ha) dapat diterima dimana terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan pencegahan penyakit katarak
senilis
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]