Show simple item record

dc.contributor.authorAFIFAH, Hanin
dc.date.accessioned2024-05-16T22:41:14Z
dc.date.available2024-05-16T22:41:14Z
dc.date.issued2023-01-31
dc.identifier.nim162210101023en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/120573
dc.descriptionvalidasi_repo_firli_november_2023_13 Finalisasi unggah file repositori tanggal 17 Mei 2024_Kurnadien_US
dc.description.abstractDiabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang memiliki gejala hiperglikemia. DM dapat terjadi karena adanya gangguan pada sekresi insulin di dalam tubuh. DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan kronis yang dapat mengalami komplikasi seperti Hipertensi. DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi memiliki risiko 60% mordibitas dan mortalitas kardiovaskular. Keduanya merupakan penyakit yang banyak terjadi di kalangan masyarakat karena memiliki angka kejadian cukup tinggi. Pemberian terapi obat dan penanganan yang tepat merupakan upada yang diupayakan. Pasien DM dengan komplikasi hipertensi seringnya mendapat obat lebih dari satu macam yang mana dapat menimbulkan polifarmasi. Polifarmasi adalah kondisi yang berhubungan dengan permasalahan efek samping pemberian obat lebih dari lima, permasalahan interaksi antar obat lebih dari 5 dan lama pemberiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteritsik pasien rawat inap di RS Bina Sehat, pola pengobatan dan potensi interaksi yang terjadi. Penelitian ini bersifat deskriptif non eksperimental dan dilakukan secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien dan didapatkan data sebanyak 32 pasien memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di RS Bina Sehat Kabupaten Jember periode Januari – Desember 2021 sebanyak 32 pasien didominasi oleh wanita sebanyak 71,88% dengan usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun (28,12%). Pada karakteristik penyakit penyerta terdapat tiga tertinggi yang dialami pasien yaitu Peptic ulcer (19,35%), Coronary artery disease (12,90%), Anemia (9,68%). Pola penggunaan obat antidiabetes yang paling banyak digunakan adalah insulin tunggal golongan Short acting (actrapid® ) yaitu 46,4%, obat antidiabetes tunggal yaitu Glimepirid 10,7% dan kombinasi insulin Short acting dengan Rapid acting (actrapid® + novorapid® ) 10,7% dan kombinasi insulin Short acting dengan Long acting (actrapid® + levemir® ) 10,7%. Pola penggunaan antihipertensi paling banyak digunakan adalah ARB karena ARB dan ACEI merupakan first line terapi hipertensi. Antihipertensi tunggal yang sering digunakan adalah ARB (Candesartan) dan CCB (Amlodipin) yaitu 16,67%. Kombinasi antihipertensi yang paling digunakan adalah ARB + CCB (candesartan + amlodipin) yaitu 26,67%. Pada penelitian ini dilakukan pembahasan analisis mengenai potensi interaksi obat yang terjadi pada pasien DM komplikasi hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta. Potensi interaksi ditemukan 3 tertinggi adalah antara insulin humulin dengan candesartan yaitu 52,9%, insulin aspart dengan candesartan yaitu 11,8% dan furosemid dengan ramipril yaitu 11,8%. Pada tingkat keparahan moderate terdapat 9 interaksi, tingakt keparahan majorterdapat 1en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : apt. Ika Puspita Dewi, S.Farm.,M.Biomed Dosen Pembimbing Anggota : apt. Ema Rachmawati, S.Farm.,M.Farmen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectDiabetes Melitusen_US
dc.subjectHipertensien_US
dc.subjectPolifarmasien_US
dc.subjectPola Pengobatanen_US
dc.titlePola Pengobatan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS Bina Sehat Kabupaten Jember 2021en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1apt. Ika Puspita Dewi, S.Farm.,M.Biomeden_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Ema Rachmawati, S.Farm.,M.Farmen_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_firli_november_2023_13en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record