Pengaruh Kinerja Keberlanjutan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sektor Agroindustri di Masa Pandemi Covid-19: Pendekatan Cost Leadership
Abstract
Kinerja keberlanjutan telah menjadi fokus perusahaan saat ini, hal
tersebut dibuktikan oleh pelaporan keberlanjutan perusahaan meningkat 265,5%
dalam jangka waktu 2018-2021 (www.idx.co.id). Kesadaran akan bisnis
berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek profit, sosial dan lingkungan,
menjadi perhatian baik dari manajemen maupun stakeholders, tak terkecuali
sektor agroindustri. Tuntutan stakeholders melalui peraturan pemerintah dalam
UU RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No. 51/POJK.03/2017 mengenai penerapan keuangan berkelanjutan
serta blokade impor komoditas perkebunan oleh Uni Eropa sebagai gerakan antideforestation mensyaratkan sektor ini wajib melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan sektor ini harus mampu
bertahan ditengah daya beli masyarakat yang menurun di samping meyakinkan
stakeholders bahwa perusahaan sektor ini telah melakukan praktik bisnis
berkelanjutan melalui capaian kinerja keberlanjutan. Oleh karenanya penting bagi
perusahaan untuk merumuskan strategi di tengah perlambatan ekonomi yang
terjadi akibat Covid-19, agar tetap dapat memaksimalkan profitabilitas sekaligus
kinerja keberlanjutan atas tuntutan stakeholders. Penelitian ini akan menguji
apakah perusahaan melaksanakan strategi cost leadership melalui cost efficiency
dan asset parsimony dalam optimalisasi kinerja keberlanjutan agar berimplikasi
pada profitabilitas ditengah pandemi Covid-19 dan tuntutan stakeholders melalui
regulasi pemerintah dan blokade impor oleh Uni Eropa pada periode 2020-2022.
Penelitian ini menggunakan 2 model mediasi yakni cost efficiency dan
asset parsimony dalam memediasi hubungan pengaruh kinerja keberlanjutan
terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode kausal komparatif dalam menguji hubungan sebabakibat antar variabel. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor
agroindustri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2020-2022 dengan data
sekunder melalui website BEI ataupun website perusahaan terkait, dengan kriteria
sampel perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan auditan dan sustainability
report sesuai indeks pengungkapan GRI Standards. Data sampel akan diolah
melalui uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan analisis jalur menggunakan
aplikasi IBM SPSS Statistic 25.
Hasil penelitian pada kedua model mediasi menunjukkan cost efficiency
dan asset parsimony tidak dapat memediasi pengaruh kinerja keberlanjutan
terhadap profitabilitas perusahaan sektor agroindustri pada periode 2020-2022.
Kemudian dalam hasil pengaruh langsung model mediasi cost efficiency, kinerja
keberlanjutan berpengaruh signifikan pada taraf 10% terhadap profitabilitas,
sedangkan dalam model mediasi asset parsimony, kinerja keberlanjutan tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan sampel dan kombinasi 2 faktor penentu, yakni keberadaan produk
agroindustri yang merupakan produk consumer non cyclical yang berimplikasi
pada optimalnya profitabilitas disertai respon perusahaan terhadap regulasi
pemerintah yang berimplikasi pada capaian kinerja keberlanjutan meskipun
bersifat mandatory (besarnya persentase pengungkapan umum perusahaan: GRI
100). Hasil penelitian menginterpretasikan bahwa cost leadership tidak menjadi
perhatian sampel dimana sektor ini mampu memberikan pertumbuhan
profitabilitas ditengah pandemi Covid-19 dan blokade impor oleh Uni Eropa.
Dalam penelitian ini, ditemukan keterbatasan dimana 52% sampel tidak
mengungkapkan kinerja keberlanjutan menggunakan indeks GRI yang
berimplikasi pada rendahnya jumlah sampel pada penelitian ini. Selain itu, dalam
pengukuran cost efficiency dan asset parsimony, rasio tersebut belum
mengakomodasi makna efisiensi biaya dan penghematan aset secara spesifik
dengan perbandingan input dengan output per unit.