Hubungan Mekanisme Koping dengan Harga Diri Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Paru Jember
Abstract
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular,
penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacteriuma tuberculosis. Tuberkulosis
ini bisa menyerang siapapun dan penyebaran infeksi dari penyakit tuberkulosis ini
terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pengobatan dengan waktu lama pada
pasien tuberkulosis paru dapat menimbulkan perubahan fisik dan psikis.
Menyesuaikan diri dengan penyakit dapat memerlukan berbagai cara yang
bergantung pada kemampuan beradaptasi yang dapat digunakan seseorang dalam
mengelola titik-titik sulit sehingga membutuhkan mekanisme koping. Selain itu
pasien tuberkulosis paru sering merasa tidak berguna bagi keluarga dan
masyarakat karena dapat menambah beban pikiran dalam menghadapi perubahan
fisik dan psikis sehingga menimbulkan masalah pada harga diri pasien.
Pertahanan koping jangka panjang dan jangka pendek dari mekanisme koping
serta penggunaan mekanisme yang adaptif dapat melindungi diri sendiri dari
persepsi yang buruk mengakibatkan penilaian harga diri yang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping
dengan harga diri pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Paru Jember. Metode
penelitian menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental
Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 pasien. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner Brief Cope dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Uji etik
penelitian dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Jember dengan No.
187/UN25.1.14/KEPK/2023.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien menggunakan
mekanisme koping yang adaptif yaitu 47 responden (94%) dan 27 responden
(54%) memiliki harga diri yang tinggi. Hasil uji statistik bivariat dengan kendall‟s
tau didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara mekanisme koping dengan harga
diri pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Paru Jember (p-value = 0,001 <
0,05). Relasi variabel satu dengan yang lainya dapat dinilai cukup, hal ini
dikarenakan ditemukan nilai koefisien sebesar 0,428. Selain itu, dapat dikatakan
bahwa adanya hubungan antara mekanisme koping dengan harga diri, dimana
terlihatnya relasi antar variable yang silinear atau positif dapat dimaknai bahwa
terjadinya mekanisme koping yang adaptif, maka harga diri pun juga akan
mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ajeng (2017) yang
menunjukkan terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan harga diri. Hal
ini berarti jika seseorang menggunakan mekanisme koping yang adaptif maka hal
tersebut membuat rasa aman dan dapat meningkatan harga diri.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]