Efektivitas Pemberian Gel Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea canephora) terhadap Jumlah Osteoblas dan Osteoklas pada Tikus Diabetes Melitus dengan Periodontitis
Abstract
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan gangguan
metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah. Kerusakan jaringan periodontal pada pasien DM
memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami DM. Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis) merupakan bakteri
dominan penyebab periodontitis yang dapat menginduksi jaringan periodontal
untuk mengaktifkan sel-sel imun seperti polimorfonuklear (PMN) dan makrofag
untuk melepaskan mediator proinflamasi. Mediator tersebut mengakibatkan
Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa-β ligand (RANKL) berikatan
dengan Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa-β (RANK) sehingga terjadi
osteoklastogenesis yaitu pembentukan osteoklas yang menyebabkan terjadinya
kerusakan tulang alveolar. Biji kopi robusta (Coffea canephora) memiliki
kandungan berupa senyawa aktif seperti polifenol, alkaloid, dan saponin.
Senyawa polifenol berupa asam klorogenat yang terkandung dalam biji kopi
robusta memiliki efek antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji efek pemberian gel ekstrak biji kopi robusta terhadap
jumlah osteoblas dan osteoklas pada tikus diabetes melitus dengan periodontitis.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris
dengan rancangan penelitian the post test only control group design. Penelitian ini
menggunakan 16 ekor tikus yang dibagi 4 kelompok yaitu kelompok normal tanpa
perlakuan (KN), kelompok negatif gel plasebo (K-), kelompok positif gel oxyfresh
(K+), dan kelompok perlakuan gel ekstrak kopi robusta 50% (KP). Setelah
induksi P. gingivalis dan streptozotocin (STZ) serta pemberian topikal gel plasebo,
gel oxyfresh, dan gel ekstrak biji kopi robusta 50%, tikus wistar jantan di
euthanasia pada hari ke-8. Tulang alveolar rahang bawah kiri tikus diambil,
difiksasi, dekalsifikasi, dan dilakukan pemrosesan jaringan dengan pewarnaan
Hematoxylin Eosin (HE). Perhitungan osteoblas dan osteoklas dilakukan pada 5
lapang pandang berbeda menggunakan mikrokop cahaya dengan perbesaran 400x.
Hasil pengukuran kadar gula darah tikus menunjukkan bahwa rata-rata
sebelum diinjeksi STZ adalah sebesar 114,18 mg/dl, setelah diinjeksi menjadi
358,93 mg/dl. Hasil pemeriksaan klinis pada rongga mulut tikus ditemukan tandatanda inflamasi pada jaringan periodontalnya, berupa gingiva kemerahan,
terbentuk poket periodontal, dan pembesaran margin gingiva. Gambaran
radiografi menunjukkan adanya resorpsi tulang alveolar yang ditandai dengan
adanya area radiolusen pada mesial dan distal puncak tulang alveolar (alveolar
ridge). Data hasil penelitian disajikan berupa rata-rata jumlah osteoblas dan
osteoklas. Data kemudian dilakukan uji parametrik One-Way ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).
Hasil uji LSD osteoblas didapatkan jumlah osteoblas pada kelompok
perlakuan gel ekstrak biji kopi robusta (KP) berbeda bermakna dengan semua
kelompok (P<0,05). Jumlah osteoklas pada KP berbeda bermakna dengan
kelompok negatif gel plasebo (K-) (P<0,05) serta tidak memiliki perbedaan
bermakna dengan kelompok normal (KN) (P>0,05) dan kelompok positif gel
oxyfresh (K+). Penurunan inflamasi dapat disertai dengan peningkatan osteoblas
dan penurunan osteoklas, sehingga pembentukan tulang dapat terjadi.
Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa pemberian gel ekstrak biji kopi
robusta (C. canephora) dapat meningkatkan jumlah osteoblas dan menurunkan
jumlah osteoklas pada tikus diabetes melitus dengan periodontitis.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]