Show simple item record

dc.contributor.authorSHODIQ, Jafar
dc.date.accessioned2023-11-28T03:40:30Z
dc.date.available2023-11-28T03:40:30Z
dc.date.issued2023-11-09
dc.identifier.nim192010101137en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/118843
dc.description.abstractDiabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan pada tahun 2017 sekitar 425 juta orang menderita DM dan diperkirakan akan meningkat menjadi 629 juta orang di tahun 2045. Indonesia menempati peringkat keenam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Sebanyak 73,7% Masyarakat di Indonesia yang menderita diabetes mengalami underdiganosed. Hiperglikemia pada penyakit DM mengakibatkan komplikasi yaitu gangguan proses penyembuhan luka yang terjadi pada 25% penderita. Prinsip perawatan standar yang diberikan untuk pasien dengan luka diabetes, meliputi kontrol kadar glukosa darah, melakukan debridement luka dengan tepat, mengobati infeksi, mengurangi tekanan dan gesekan pada area luka, serta pemeliharaan dasar luka yang lembab sehingga penyembuhan luka pada penderita diabetes bergantung pada penggunaan dressing topikal. Hidrogel telah diketahui sebagai salah satu dressing luka yang memberikan keadaan lingkungan ideal pada proses penyembuhan luka akut. Akan tetapi, kekurangan hidrogel pada perawatan luka yaitu kemampuan antibakteri yang minimal. Angkak (Monascus purpureus jmbA Rice) asal Jember dinilai lebih unggul dibanding produk serupa dari daerah lain. Kandungan angkak telah diketahui mempunyai sifat antibakteri dan proangiogenesis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas gel angkak (Monascus purpureus jmbA Rice) terhadap penyembuhan luka akut diabetes diukur dengan variabel vascular endothelial growth factor (VEGF) dan jumlah pembuluh darah. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental dengan desain penelitian post test only randomized control group design. Unit eksperimental dan replikasi yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jenis Wistar, usia 3-4 bulan, berat badan antara 200-300 gram yang sehat serta belum pernah digunakan sebagai sampel penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan 36 ekor tikus dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yakni kelompok kontrol negatif (K-) diberi gel tanpa ekstrak angkak, kelompok kontrol positif (K+) diberi bioplacenton, kelompok perlakuan (P1) diberi gel ekstrak angkak 40%, dan kelompok perlakuan (P2) diberi gel ekstrak angkak 80%. Pembuatan luka eksisi pada punggung tikus seluas 2x2 cm2 dan sedalam lapisan subkutan. Pada hari ke-4, 11, dan 18 tikus diterminasi dan diambil jaringan kulitnya untuk pengamatan mikroskopis VEGF dan jumlah pembuluh darah. Persentase VEGF hari ke-4 pada masing-masing perlakuan gel angkak 80%; gel angkak 40%; kontrol bioplacenton; kontrol gel tanpa ekstrak yaitu 39,67±3,20; 28,33±6,02; 29,00±5,29; 23,67±5,50. Data hasil pada hari ke-11 yakni 56,67±7,24; 33,33±5,03; 32,33±3,51; 24,33±3,21. Dan pada hari ke-18 yakni 67,33±6,11; 54,33±9,78; 33,33±1,52; 28,00±8,28. Masing-masing hari menunjukkan gel angkak 80% memiliki persentase VEGF paling tinggi dibandingkan dengan kelompok gel tanpa ekstrak. Rata-rata jumlah pembuluh darah hari ke-4 pada masing-masing perlakuan gel angkak 80%; gel angkak 40%; kontrol bioplacenton; kontrol gel tanpa ekstrak yaitu 9,40±0,85; 7,43±0,40; 6,23±0,47; 4,16±0,70. Data hasil pada hari ke-11 yakni 9,45±0,13; 8,07±0,35; 6,80±0,63; 5,65±0,31. dan pada hari ke-18 yakni 10,75±1,10; 8,17±0,35; 6,90±0,63; 5,75±0,31. Masing-masing hari menunjukkan gel angkak 80% memiliki jumlah pembuluh darah paling tinggi dibandingkan dengan kelompok gel tanpa ekstrak. Berdasarkan uji normalitas Saphiro Wilk dan homogenitas Levene data persentase VEGF dan jumlah pembuluh darah didapatkan data yang normal dan homogen (p>0,05), dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA yang menunjukkan terdapat perbedaan antara pemberian gel angkak terhadap persentase VEGF dan jumlah pembuluh darah (p<0,05). Uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan menggunakan uji Post-Hoc LSD yang menunjukkan kelompok perlakuan gel angkak 40% dan 80% meningkatkan VEGF secara signifikan (p=0,033 dan p=0,005) dibanding dengan kelompok gel tanpa ekstrak dan pada kelompok gel angkak 80% meningkatkan VEGF secara signifikan (p-=0,010) dibanding bioplacenton. Kelompok perlakuan gel angkak 40% dan 80% secara signifikan (p=0,002 dan p=0,000) meningkatkan jumlah pembuluh darah dibandingkan kelompok gel tanpa ekstrak dan kelompok gel angkak 80% meningkatkan jumlah pembuluh darah secara signifikan (p=0,000) dibanding bioplacenton. Penelitian ini menyimpulkan pemberian gel angkak 40% dan 80% meningkatkan persentase VEGF dan jumlah pembuluh darah pada luka akut tikus diabetes.en_US
dc.description.sponsorshipdr. Ika Rahmawati Sutejo, M.Biotech dr. Ali Santosa, Sp.PDen_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectpenyembuhan luka akut diabetesen_US
dc.subjectgel angkaken_US
dc.subjectmonascus purpureus jmbA riceen_US
dc.subjectVEGFen_US
dc.subjectJumlah Pembuluh darah baruen_US
dc.titleEfektivitas Gel Angkak (Monascus purpureus JmbA Rice) Terhadap Persentase VEGF dan Jumlah Pembuluh Darah Baru pada Penyembuhan Luka Akut Diabetesen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPendidikan Dokteren_US
dc.identifier.pembimbing1dr. Ika Rahmawati Sutejo, M.Biotechen_US
dc.identifier.pembimbing2dr. Ali Santosa, Sp.PDen_US
dc.identifier.validatorTeddyen_US
dc.identifier.finalizationTeddyen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record