PENGARUH ASAM LAKTAT TERHADAP PENETRASI PERKUTAN KAFEIN DALAM BASIS CMC Na SECARA IN VITRO
Abstract
Di era globalisasi saat ini, penampilan fisik sangatlah diutamakan. Beberapa
penyakit kulit dapat mempengaruhi kepercayaan diri karena gejalanya yang tampak
nyata seperti terjadi perubahan fisik yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan
psikoemosional bagi para penderitanya. Salah satu penyakit kulit yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah selulit. Selulit adalah kondisi lokal pada jaringan lemak dan
jaringan ikat subkutan berupa parutan-parutan tidak rata pada kulit yang nampak
seperti kulit jeruk yang banyak terjadi pada wanita di bagian-bagian tubuh tertentu
misalnya paha, pantat, lengan bagian atas, lutut, leher bagian belakang, dan betis.
Pengobatan antiselulit diantaranya dapat dilakukan dengan cara: (1) fisioterapi, (2)
pengobatan secara topikal, dan (3) penggunaan obat-obat secara oral. Bahan aktif
yang digunakan untuk antiselulit, antara lain: golongan xantin (kafein, aminofilin,
teofilin, atau ektrak tumbuhan yang banyak mengandung xantin), retinoid, dan
ekstrak tumbuhan. Golongan xantin yang paling banyak digunakan karena bekerja
secara langsung pada proses penghancuran jaringan lemak.
Bentuk sediaan setengah padat dipilih untuk menghantarkan kafein melalui
sistem penghantaran transdermal, dan dipilihlah sediaan gel. Gel kafein dengan basis
CMC Na ditambah dengan asam laktat sebagai zat peningkat penetrasi untuk
meningkatkan kecepatan penetrasi. Dirancang 4 formula dengan variasi konsentrasi
asam laktat 0; 2; 4; dan 6% untuk mengetahui pengaruh asam laktat terhadap
kecepatan penetrasi kafein menembus kulit tikus.
Pengujian terhadap gel yang dihasilkan meliputi evaluasi sediaan dan
pengujian penetrasi. Evaluasi sediaan meliputi pengujian organoleptis, pH, viskositas,
daya sebar, uji sifat alir, dan pengujian homogenitas bahan aktif dalam sediaan. Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan, semua formula telah memenuhi
persyaratan seluruh pengujian kecuali pada pengujian pH dan dapat disimpulkan
bahwa asam laktat memberikan pengaruh terhadap nilai pH, viskositas, dan daya
sebar sediaan.
Uji penetrasi keempat formula dilakukan menggunakan alat Franz Diffusion
Cell pada suhu 37
o
C ± 0,5
o
C dengan kecepatan putar 500 rpm. Pengujian ini
dilakukan selama 8 jam menggunakan membran berupa kulit tikus. Hasil
pengambilan sampel dilakukan pada menit-menit yang telah ditentukan kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang 273 nm menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Hasil serapan yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung laju
penetrasi kafein (fluks).
Hasil pengujian penetrasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kecepatan penetrasi gel yang mengandung asam laktat 6%, 4%, 2%, dan 0% dengan
nilai fluks masing-masing adalah 5,4298 µg/cm
2
menit, 3,6506 µg/cm
2
menit, 4,2016
µg/cm
2
menit, dan 3,1944 µg/cm
2
menit. Hasil uji statistik menggunakan uji One Way
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD menunjukkan bahwa semua formula gel
berbeda secara signifikan kecuali antara formula yang mengandung asam laktat 0%
dengan 4% sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai fluks F4 > F2 > F3 > F1.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]