Eksistensi Saung Angklung Udjo Di Kota Bandung Tahun 1995-2021
Abstract
Skripsi ini mengkaji mengenai “Eksistensi Saung Angklung Udjon Di Kota
Bandung Tahun 1995-2021”. Tujuan Skripsi ini untuk menjelaskan latar belakang
mengapa Saung Angklung Udjo dapat terbentuk, bagaimana pengelolaan Saung
Angklung Udjo di bawah pimpinan Taufik Hidayat Udjo, serta dampak sosial dan
budaya Saung Angklung Udjo bagi masyarakat sekitar. Skripsi ini menggunakan
metode sejarah, pendekatan antropologi budaya, dan teori fungsionalisme. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa Saung Angklung Udjo dapat terbentuk. Saung
Angklung Udjo didirikan oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati pada
tahun 1966 atas dasar kecintaannya terhadap alat musik tradisional angklung. Udjo
melakukan riset dan membentuk konsep pertunjukkan yang menarik, seiring
berjalannya waktu Saung Angklung Udjo semakin berkembang pada tahun 1970
ditunjuk sebagai Laboratorium Pendidikan dan Kesenian Daerah oleh DIPARDA
Jawa Barat. Pengelolaan Saung Angklung Udjo dilakukan secara independen, pada
tahun 1995 dikelola oleh Taufik Hidayat Udjo sebagai pimpinan Saung Angklung
Udjo. Taufik melakukan inovasi dan strategi untuk mengembangkan Saung
Angklung Udjo, di antaranya adalah dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak
selain itu, Saung Angklung Udjo berhasil membawa nama angklung pada tahun
2011 semakin eksis karena diakui oleh UNESCO sebagai warisan tak benda dari
Indonesia. Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap Saung Angklung
Udjo banyak sekali pegawai yang terpaksa dirumahkan karena sedikitnya
pengunjung yang berkunjung. Saung Angklung Udjo dapat bertahan di tengah
krisis pandemi karena banyak pihak yang peduli terhadap Saung Angklung Udjo
dan juga melakukan strategi dengan melakukan pertunjukkan virtual dan virtual
tour. Saung Angklung Udjo memiliki dampak sosial dan budaya terhadap
masyarakat sekitar salah satunya adalah terciptanya partisipasi aktif masyarakat
dalam membangun kesadaran, melatih dan mendidik masyarakat sehingga tercipta
kesejahteraan masyarakat.