Pola Konsumsi Keluarga dalam Masyarakat Perkotaan di Kabupaten Jember

Abstract

Saat ini, kegiatan konsumtif yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan tidak hanya didorong oleh adanya kebutuhan akan fungsi barang tersebut semata. Akan tetapi, juga didasari oleh keinginan yang sifatnya untuk menjaga gengsi. Hal itu karena semakin banyaknya penawaran dari produk terbaru yang promosinya dilakukan melalui media cetak maupun elektronik bahkan melalui penjualan langsung di tempat yang membuat seseorang menjadi mudah terpengaruh untuk mencoba ataupun membeli barang tersebut walaupun sebenarnya barang tersebut tidak diperlukan membeli barang tersebut walaupun sebenarnya barang tersebut tidak diperlukan. Dalam kehidupan modern ini, masyarakat perkotaan khususnya di Jember, menuntut kehidupan konsumtif yang serba cepat dan instan. Hal tersebut dapat terjadi karena seringnya anggota keluarga beraktivitas di luar rumah terutama suami dan istri, hal tersebut mengakibatkan berkurangnya waktu berkumpul bersama keluarga, tak terkecuali makan malam bersama anak-anaknya. Selain disebabkan oleh kegiatan setiap anggota keluarga, pola konsumsi masyarakat lebih tepatnya keluarga, juga dipengaruhi oleh pendapatan yang didapatkan. Keterkaitan antara pola konsumsi masyarakat dan pendapatan merupakan hal yang sangat erat. Pendapatan individu atau rumah tangga secara langsung memengaruhi pola konsumsi mereka. Selain pendapatan juga terdapat beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam memahami keterkaitan ini. Pertama adalah Daya beli, pendapatan yang lebih tinggi memberikan masyarakat kemampuan untuk membeli barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih mahal. Dengan pendapatan yang cukup, mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, sandang, dan papan, dan juga meningkatkan konsumsi di bidang- bidang lain seperti rekreasi, pendidikan, atau perjalanan. Kedua adalah prioritas

konsums, Pola konsumsi masyarakat cenderung berubah seiring dengan peningkatan pendapatan. Pada awalnya, ketika pendapatan masih rendah, masyarakat mungkin lebih fokus pada memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal. Namun, seiring dengan peningkatan pendapatan, mereka mungkin mulai memprioritaskan konsumsi barang-barang mewah atau non-primer seperti kendaraan, perangkat elektronik, atau liburan. Ketiga adalah standar hidup, Keterkaitan antara pola konsumsi dan pendapatan juga dipengaruhi oleh standar hidup yang berlaku di suatu masyarakat. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Informan dipilih dengan menggunakan purposive sampling, serta dalam pengumpulan datanya menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya keabsahan data menggunakan triangulasi dengan menggunakan analisis dengan mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pisau analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori konsumsi yang diungkapkan oleh Keynes. Teori konsumsi Keynes diungkapkan pada tahun 1936 dalam bukunya yang berjudul the General Theory of Employment, Interest and Money. Teori konsumsi Keynes menjelaskan adanya hubungan antara pendapatan yang diterima saat ini (pendapatan disposable) dengan konsumsi yang dilakukan saat ini juga.