Representasi dalam Lirik Lagu "Tangisan Tak Bai‟, "13 Tahun Tragedi Tak Bai‟ dan Lirik Lagu "Untuk Negeri‟: Suatu Tinjauan Semiotika
Abstract
Tak Bai adalah kota di perbatasan Malaysia-Thailand, yang menjadi
lokasi Insiden Tak Bai pada tahun 2004, yang memakan korban setidaknya 85
demonstran tewas. Insiden tersebut mengilhami Nusantara Band untuk
menciptakan lagu dengan lirik yang berkaitan dengan konflik kebangsaan
Thailand Selatan (Patani) tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan representasi dari pesan
penderitaan yang akan disampaikan melalui tanda-tanda yang terdapat pada
lirik lagu “13 Tahun Tragedi Tak Bai” dan “Tangisan Tak Bai”; 2)
mendeskripsikan representasi dari pesan perjuangan yang akan disampaikan
melalui tanda-tanda yang terdapat pada lirik lagu “Untuk Negeri”.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Data penelitian ini berupa lirik lagu yang diambil dari situs
Youtube dengan metode dokumentasi. Setelah diunduh, lagu tersebut ditranskripsi,
dan diamati, kemudian diklasifikasi dan dianalisis.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah: 1) Membagi keseluruhan lirik lagu menjadi beberapa bait dan
selanjutnya perbaris dipadankan ke dalam bahasa Indonesia; 2) peneliti membuat
interpretasi dengan membagi keseluruhan lirik lagu menjadi beberapa baris dan
bait, selanjutnya per bait akan dianalisis dengan menggunakan teori semiotika dari
Saussure; 3) Unsur tersebut akan dipisahkan dan mempermudah peneliti
melakukan interpretasi terhadap lirik lagu; 4) Pemisah antar bait tersebut akan
memandu peneliti dalam melakukan intertekstual terhadap lirik lagu “13 Tahun
Tragedi Tak Bai” dan “Tangisan Tak Bai”. Pesan Perjuangan dalam Lirik Lagu
“Untuk Negeri” yang dikaitkan dengan realitas sosial pada saat sang pencipta
menciptakan lagu tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa representasi pada lagu-lagu Tak Bai
merupakan lirik lagu yang berkaitan dengan konflik kebangsaan Thailand Selatan
(Patani). Sebagian lagu menggambarkan konflik yang berkepanjangan di daerah
Thailand Selatan yang telah berlangsung lama. Konflik penguasaan atas wilayah
bangsa Melayu oleh kerajaan Siam sampai saat ini mengakibatkan masih
terjadinya gerakan separatisme di tiga provinsi mantan kerajaan Patani yaitu
Provinsi Naratthiwat, Yala dan Pattani yang saat ini merupakan bagian dari
Thailand yang tercantum dalam undang-undang.
Dari lirik lagu “Tangisan Tak Bai” dan “13 Tahun Tragedi Tak Bai” pada
representasi pesan penderitaan menurut pengarang ingin menceritakan bahwa
kesedihan, kekejaman dan keganasan aparat Thai yang telah berbuat terhadap
orang muslim patani, khususnya pengarang ingin mendalami kepada siksaan yang
telah mereka lakukan terhadap orang muslim. Dari lirik lagu “Untuk Negeri” pada
representasi pesan perjuangan merupakan suatu kewajiban negara untuk
memenuhi, melindungi dan menghargai hak asasi manusia. Menurut fakta yang
telah terjadi saat ini Thailand menghapuskan bahasa Melayu melalui sistem
pendidikkan, maka dari situ kita mampu untuk membangkitkan kembali bahasa
melayu yang pernah dipakai dalam pendidikan kembali menjadi bahasa melayu
orang Patani seperti semula dan membudayakan pakaian baju kurong.
Penyair menciptakan lagu “Tangisan Tak Bai” dan “13 Tahun Tragedi
Tak Bai” untuk membuat masyarakat menjadi tahu bagaimana peristiwa-peristiwa
yang pernah terjadi di masyarakat Patani terutama kepada pemuda-pemudi saat ini.
Karya seni musik seperti ini dapat memudahkan masyarakat dalam mendalami
peristiwa-peristiwa tersebut dengan mengingatkan melalui lagu-lagu tersebut.
Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lirik lagu
pada tiga judul lagu yang disampaikan oleh karena menurut peneliti lagu-lagu
tersebut munculnya karena terjadi sebuah tragedi yang sangat besar dan
merupakan tragedi yang tidak dilupakan oleh masyarakat Patani, dalam bentuk
studi semiotika dengan judul “Representasi Pesan Penderitaan dalam Lirik Lagu
di “13 Tahun Tragedi Tak Bai” dan “ Tangisan Tak Bai” dan Pesan Perjuangan
dalam Lirik Lagu “Untuk Negeri”: Suatu Tinjauan Semiotika”