Prevalensi Gangguan Modalitas Rasa Dysgeusia dan Ageusia pada Penderita Post Coronavirus Infection Diseases-19 (COVID-19) Kelompok Umur Pra-Lansia
Abstract
Coronavirus Infection Diseases-19 (COVID-19) merupakan penyakit yang pertama kali ditemukan muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019. Orang yang terpapar COVID-19 akan menimbulkan beberapa manifestasi dan gejala berupa demam, batuk, napas pendek, terasa sesak, sakit tenggorokan, mual, anosmia, dysgeusia dan ageusia. Dysgeusia merupakan gangguan yang terjadi pada indra perasa berupa kehilangan kemampuan lidah dalam merasakan beberapa rasa. Ageusia merupakan gejala yang mencerminkan kondisi patologis dengan ditandai hilangnya fungsi pengecapan lidah sehingga penderita tidak bisa merasakan apapun saat makan.
COVID-19 sebetulnya dapat menginfeksi seluruh manusia dari berbagai kelompok umur, namun dalam kelompok umur pra-lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan pada kelompok umur ini memiliki presentase terpapar dan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur memiliki persentase jumlah pra-lansia sekitar 20,5% dari total penduduk yang ada. Salah satunya kecamatan yang ada di Kabupaten Jember yakni Kecamatan Sumbersari, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 terdapat 131.669 jiwa dengan luas kecamatan sebesar 37,05 km2. Oleh karena itu bisa dipastikan Kecamatan Sumbersari memiliki aktifitas masyarakat yang tinggi yang bisa menyebabkan meningkatnya COVID-19 yang ada di kecamatan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gangguan modalitas rasa (dysgeusia dan ageusia) pada penderita COVID-19 kelompok umur pra-lansia di Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berusia 45 – 59 tahun yang menderita COVID-19 pada bulan Januari – Desember 2021. Besar sampel minimal dalam penelitian ini didapatkan melalui perhitungan dengan rumus Lemeshow dan diperoleh besar sampel pada penelitian ini adalah 97. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling, kemudian dibantu menggunakan rumus proporsi untuk mendapatkan jumlah dari setiap desa dan dilanjutkan menggunakan simple random sampling untuk pengambilan sampelnya.
Hasil penelitian menunjukkan pada pasien post COVID-19 yang mengalami gejala dysgeusia sebesar 41 subjek (42,26%), sedangkan pada pasien COVID-19 yang mengalami gejala ageusia sebesar 26 subjek (26,82%). Jenis kelamin laki-laki lebih dominan mengalami dysgeusia dibandingkan jenis kelamin perempuan, sedangkan pada ageusia kedua jenis kelamin ini relatif berjumlah sama. Pasien post COVID-19 yang sudah vaksin cenderung mengalami gangguan modalitas rasa dibandingkan dengan pasien post COVID-19 yang belum vaksin. Kehilangan rasa manis menjadi gangguan kehilangan rasa tertinggi dibandingkan dengan rasa yang lain. Selain itu, kehilangan lebih dari satu rasa (2-3 rasa) lebih banyak dialami daripada kehilangan hanya satu rasa pada pasien post COVID-19 dengan gangguan modalitas rasa dysgeusia.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]