Show simple item record

dc.contributor.authorNURSA'ADAH, Devi
dc.date.accessioned2023-05-26T08:57:09Z
dc.date.available2023-05-26T08:57:09Z
dc.date.issued2023-05-04
dc.identifier.nim190110201006en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/116535
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 26 Mei 2023_Kurnadien_US
dc.description.abstractBahasa Jawa merupakan bahasa ibu bagi masyarakat bersuku Jawa. Namun bahasa Jawa kini tidak hanya digunakan di pulau Jawa, tetapi juga digunakan oleh masyarakat luar negeri yang memiliki darah keturunan Jawa, seperti negara Suriname, Belanda, Malaysia, dan lainnya, hal tersebut diakibatkan oleh proses transmigrasi, peristiwa kolonialisme, perkawinan campur, dan peleburan budaya. Menurut Poedjosoedarmo (1979:13) dalam bahasa Jawa terdapat tingkat tutur (unggah-ungguhing basa) yang secara umum diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya, dan tingkat tutur krama. Tingkat tutur tersebut memiliki fungsi untuk menunjukkan rasa kesopanan terhadap lawan tutur. Tingkat tutur tersebut memiliki faktor dan latar belakang penggunaan yang disesuaikan dengan lawan tutur bicara. Latar belakang penggunaan tiga tingkat tutur dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dilihat melalui film pendek Mawawisa. Pengumpulan data dan analisis data melalui beberapa tahap, yaitu: pengumpulan data dengan cara menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap, dan teknik lanjutan berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Data kemudian dimasukkan dalam wujud tingkat tutur, sehingga diperoleh data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis data menggunakan metode padan intralingual dan ekstralingual. Untuk menjawab permasalahan yang pertama peneliti menggunakan metode padan intralingual dengan Teknik HBS, Teknik HBB, Teknik HBSP, agar dapat diketahui bagaimana tingkat tutur bahasa Jawa dalam film pendek Mawawisa lalu membandingkan, menghubungkan, dan mencari perbedaan, persamaan dalam tingkat tutur bahasa Jawa dalam film tersebut. Untuk menjawab permasalahan kedua, digunakan teknik yang sama dengan teknik yang terdapat dalam metode penelitian intralingual, namun yang dihubungkan dan dibandingkan adalah hal-hal yang berada di luar bahasa, misalnya referen, konteks tuturan (konteks sosial pemakaian bahasa, penutur bahasa yang dikelompokkan berdasarkan gender, usia, kelas sosial). Karena sifatnya yang ekstralingual seperti menghubung-hubungkan masalah bahasa dengan hal lain diluar bahasa, metode padan ekstralingual untuk mengetahui faktor-faktor sosial situasi yang melatarbelakangi terjadinya tingkat tutur bahasa Jawa dalam film pendek Mawawisa. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat tiga jenis tingkatan tutur yaitu tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya, tingkat tutur krama. Pada tingkat tutur ngoko ditemukan lima konteks percakapan, yaitu ngoko kepada sesama pembeli, ngoko kepada teman sebaya, ngoko orang muda kepada orang yang lebih tua, ngoko orang tua kepada orang muda, dan ngoko alus sepasang suami istri. Pada tingkat tutur madya ditemukan dua konteks percakapan, yaitu madya orang muda kepada orang tua, dan madya orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda. Sedangkan pada tingkat tutur krama ditemukan dua konteks percakapan, yaitu krama orang tua kepada orang muda yang memiliki jabatan, krama orang muda kepada orang yang lebih tua. Peneliti menemukan beberapa faktor atau latar belakang seperti, aktor yang usianya lebih muda tidak menggunakan bahasa Jawa krama kepada orang yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan penutur (orang muda) dengan lawan tutur (orang tua) keduanya tidak memiliki jabatan atau status sosial dalam masyarakat yang mengakibatkan penutur harus menghormati lawan tuturnya, dan faktor lainnya seperti, faktor pertemanan (hubungan keakraban) sehingga tidak ada jarak dan rasa segan terhadap lawan tuturnya, hubungan kekerabatan, kekuatan ekonomi, kekuatan status sosial, jabatan, watak, tujuan tutur, kehadiran orang ketiga (O3), materi percakapan, jenis tuturan, situasi emosi, tingkat pendidikan, dan konteks pembicaraan. Selain faktor atau latar belakang terdapat peranan penting penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa dalam film yaitu, menggambarkan karakter tokoh, mewujudkan realisme budaya, penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa yang tepat sesuai dengan latar cerita dalam film “Mawawisa” dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan antusias penonton, terutama bagi mereka yang familiar dengan budaya dan bahasa Jawa.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Dra. Anastasia Erna Rochiyati Sudarmaningtyas, M.Hum. Dosen Pembimbing Anggota : Edy Hariyadi, S.S., M.Si.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectTingkat Tuturen_US
dc.subjectFilm Pendek Mawawisaen_US
dc.subjectTingkat Tutur Bahasa Jawaen_US
dc.subjectSuatu Tinjauan Sosiolinguistiken_US
dc.titleAnalisis Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa dalam Film Pendek Mawawisa Karya Joko Mursito dan Susilo Nugroho (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiSastra Indonesiaen_US
dc.identifier.pembimbing1Dra. Anastasia Erna Rochiyati Sudarmaningtyas, M.Hum.en_US
dc.identifier.pembimbing2Edy Hariyadi, S.S., M.Si.en_US
dc.identifier.validatorratnaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record