Show simple item record

dc.contributor.authorNora Damayanti
dc.date.accessioned2013-12-20T08:34:59Z
dc.date.available2013-12-20T08:34:59Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM082010101068
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11472
dc.description.abstractDiare akut sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di negara maju dan negara berkembang. Diare akut juga sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu singkat. Diare akut dapat terjadi karena infeksi maupun non infeksi, dan penyebab terbanyaknya karena infeksi. Diare infeksi bisa disebabkan parasit, virus, atau bakteri. Sekitar 90% diare akut karena infeksi disebabkan oleh bakteri. Sementara itu, di Indonesia dari tahun 2002-2007 Shigella sp. menduduki peringkat pertama penyebab diare infeksi bakteria (shigellosis). Diantara 4 spesies Shigella, S. dysenteriae merupakan penyebab shigellosis paling berbahaya. Dalam beberapa penelitian, S. dysenteriae menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi terhadap sebagian besar antibiotik. Faktor yang menyebabkan resistensi tersebut antara lain: pemberian dosis sub optimal antibakteri, peresepan yang kurang benar, penggunaan antibakteri untuk infeksi virus, penggunaan antibakteri tanpa resep dokter, dan infeksi nosokomial di rumah sakit karena higienis yang buruk. Sehubungan dengan ditemukannya resistensi S. dysenteriae terhadap sebagian besar antibakteri, sekarang banyak dikembangkan produk alternatif antibakteri baru yang berasal dari bahan alam seperti tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens). Dengan diketahuinya kandungan dan khasiat dari flavonoid, tanin, dan polifenol ekstrak air sarang semut melelui uji fitokimia, masyarakat banyak yang percaya bahwa ekstrak air sarang semut tersebut memiliki aktifitas antibakteri dan menggunakan ekstrak air sarang semut yang dijual bebas di pasaran sebagai antibakteri meskipun belum pernah ada pengujian secara in vitro. Bahkan tidak jarang pada label botol ekstrak air sarang semut dicantumkan memiliki khasiat sebagai antibakteri. Selain itu harga ekstrak air sarang semut yang dijual di viii pasaran relatif mahal bila dibandingkan dengan antibakteri yang sudah terstandar, karena tanaman sarang semut belum dibudidayakan secara komersial dan hanya tumbuh di hutan-hutan Papua sehingga tidak efektif bila digunakan sebagai alternatif antibakteri bila dilihat dari segi biaya pengobatan dan ketersediaan jumlah bahan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101068;
dc.subjectAntibakteri Ekstrak Air Sarang Semuten_US
dc.titleUJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysenteriae SECARA IN VITROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record