Hubungan Air Konsumsi, Higiene, Dan Sanitasi Rumah Tangga Dengan Kejadian Stunting(Studi Case Control pada Balita Stunting di Kabupaten Lumajang)
Abstract
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan
prevalensi balita stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Kelompok balita usia 25-59
bulan menempati prevalensi balita stunting tertinggi dengan Provinsi Jawa Timur
masuk peringkat kedua setelah Jawa Barat. Penyakit infeksi diare dapat menjadi
penyebab langsung stunting, yang dapat disebabkan oleh faktor air, kebersihan,
dan sanitasi rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara konsumsi air, kebersihan, dan sanitasi rumah tangga dengan
kejadian stunting di Kabupaten Lumajang.
Metode penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus-kontrol. Populasi
seluruh rumah tangga balita stunting dan non stunting umur 25-59 bulan di
Kabupaten Lumajang. Populasi penelitian adalah semua rumah tangga yang
memiliki balita stunting dan non stunting usia 25-59 bulan di Kabupaten
Lumajang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2022 di
Puskesmas Rogotrunan, Tekung, Sumbersari, Gucialit, Padang, Bades,
Kedungjajang, Klakah. Pengambilan sampel dengan proportional stratified
random sampling menghasilkan 82 responden (masing-masing 41 pada kelompok
kasus dan kontrol). Analisis dengan uji bivariat chi-square.
Hasil penelitian mengungkap karakteristik responden rumah tangga balita
yang berhubungan dengan kejadian stunting di Kabupaten Lumajang adalah berat
badan (p-value 0,001, contingency coefficient 0,508). Rumah tangga balita yang
memiliki berat badan kurang beresiko 15,909 kali terkena stunting dibandingkan
rumah tangga balita yang memiliki berat badan normal. Jumlah E. coli terbanyak
berada pada air konsumsi balita stunting dari sumber galon air isi ulang sebanyak
1.100 bakteri dalam 100 ml air. Praktik BAB dalam indikator higiene rumah
tangga ditemukan berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p-value
0,043, contingency coefficient 0,218). Rumah tangga balita yang melakukan
praktik BAB di sungai beresiko terkena stunting 4,727 kali dibandingkan rumah
tangga balita yang melakukan praktik BAB di rumah. Uji bivariat tidak
menemukan hubungan antara kuantitas konsumsi air (p-value 0,600), higiene (pvalue 0,286), dan sanitasi rumah tangga (p-value 0,196) dengan kejadian stunting
pada anak usia 25-59 bulan di Kabupaten Lumajang.
Indikator berat badan dan praktik BAB merupakan faktor risiko terjadinya
stunting di Kabupaten Lumajang. Oleh karena itu, pemantauan dan evaluasi dapat
menjadi salah satu upaya surveilans gizi yang harus dilakukan secara
komprehensif dari masing-masing instansi kesehatan untuk mencegah terjadinya
stunting pada balita di Kabupaten Lumajang.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]