Hubungan Stres dengan Efikasi Diri pada Pasien Stroke (Cerebrovascular Accident) di Rumah Sakit Daerah dr.Soebandi Jember

Abstract

Pasien yang mengalami stroke memerlukan perhatian dalam segi kualitas hidup dan psikologisnya, pasien stroke yang memiliki kualitas hidup yang rendah dikarenakan tidak bisa menjalankan tugas sehari-harinya secara total sehingga memerlukan bantuan orang lain. Hal ini menyebakan pasien stroke menjadi stress, mereka menganggap bahwa diri mereka tidak berguna untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Perlunya efikasi diri yang kuat untuk menumbuhkan keyakinan diri serta dapat meningkatkan keberhasilan dan kesejahteraan seseorang . Efikasi diri yang tinggi memungkinkan seseorang yang mengalami gangguan Kesehatan fisik seperti yang dialami oleh pasien stroke dapat meningkatkan motivasi sembuhnya dan pasien dapat berupaya untuk berperilaku sehat serta mencari pengobatan. Upaya untuk mencegah keputusasaan pada pasien stroke, adalah dengan memiliki suatu Self efficacy (keyakinan) yang besar. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan stress dengan efikasi diri pada pasien stroke di puskesmas kapongan. Penlitian ini menggunakan desain penelitian korelasi analitik dengab metode cross sectional. Sampel dalam penelitian yang digunakan menggunakan tehnik probability sampling dengan cara metide quota sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 32 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stres Scale 42 dan untuk mengukur efikasi diri pada pasien stroke menggunakan kuesioner The Stroke Self Efficacy Questionnaire. Analisa data yang digunakan menggunakan uji statistic spearmen dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan stress pada pasien stroke berada dalam ketegori ringan yakni 26 (81,3%) dan tidak ada responden dalam kategori berat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hasil Analisa data menggunakan uji statistik spearmen didapatkan p value 0,013 <α 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara stres dan efikasi diri pada pasien stroke (cerebrovascular ascular accident) atau Ha gagal ditolak. Nilai r = - 0,468 yang mengartikan bahwa korelasi antara stress dan efikasi diri pada pasien stroke (cerebrovascular ascular accident) memiliki arah korelasi negative dengan kekuatan korelasi lemah. Korelasi negative menunjukkan bahwa semakin tinggi stress pada pasien stroke maka efikasi diri yang dimiliki rendah. Efikasi diri sangat penting karena dapat mempengaruhi perilaku seseorang terutama perilaku pengobatan atau dalam masa pemulihan. Apabila pasien stroke memiliki keyakinan yang besar dan kuat dalam melakukan perilaku pengobatan. Maka akan membantu pemulihan motorik dan kepercayaan diri pasien stroke sehingga pasien stroke akan berusaha melakukan pengobatan maupun aktivitas kesehariannya. Keyakinan individu terhadap kemampuannya melakukan suatu bentuk perilaku yang spesifik dan tetap melakukan sebuah perilaku walaupun terdapat rintangan. Kesimpulan pada penelitian ini adalah adanya suatu hubungan yang signifikan antara stress dan efikasi diri pada pasien stroke (cerebrovascular accident) di puskesmas kapongan. Saran yang diberikan oleh peneliti yakni mencari korelasi antara stress dengan mekanisme koping pada pasien stroke yang dapat meningkatkan proses perawatan yang sedang dijalani.