Analisis Semiotika Program Acara Musik Religi TV 9 Nusantara: Episode Mimpi Itu dijemput, bukan Ditunggu
Abstract
TV 9 Nusantara adalah representasi media televisi religi sebagai dakwah yang
berlandaskan Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah. Prinsip yang diterapkan dalam TV 9
Nusantara dengan cara hikmah, Mau‟idzah Hasanah, Mujadalah. Selain itu juga TV
9 Nusantara menggunakan prinsip dasar Nahdhatul Ulama yakni, pertama berupaya
untuk menjadikan masyarakatnya terbaik dengan menggunakan prinsip manusia
terbaik (Mabadi Khaira Ummah). Kedua, adalah menjadikan manusia sebagai
pemimpin, harus dihormati dan diikuti, karena pewaris dan penerus nabi (waratsatul
Anbiya), penerang kehidupan dunia (syurujud dun-ya), lentera panutan di akhira.
Analisis Semiotika pada Program Acara Musik Religi TV 9 Nusantara
Episode: Mimpi Itu Dijemput, Bukan Ditunggu, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu penelitian memiliki tujuan mengetahui makna yang terdapat pada Host dan
Narasumber pada Program Acara Musik Religi Episode Mimpi Itu Dijemput,
Bukan Ditunggu, karena program acara merupakan representasi makna dan simbol
berdasarkan program acara Musik Religi TV 9 Nusantara. Narasi perbincangkan
antara Host dan Narasumber dapat mengetahui makna dengan menggunakan Teori
Semiotika Charles Sander Peirce mendukung analisis teori segitiga makna
(Triangle Meaning) Teori ini terdiri dari tiga elemen utama, yaitu tanda (Sign),
Objek, dan Interprent. Sebuah tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili
sesuatu yang lain dalam beberapa kapasitas. Sesuatu yang lain dapat dinamakan
interpretant dari tanda yang pertama yang mengacu pada, objek dengan demikian
tanda (representamen) memiliki relasi triadic langsung dengan interpretant.
Penyampaian narasi host pada program acara Musik Religi episode “Mimpi
Itu Di Jemput Bukan Ditunggu” mampu menampilkan sholawat dapat membentuk
mencerminkan At-Tawasuth (moderat) nilai ekspresi seni (budaya) sesuai dengan
nilai Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yang tercemin pada Nilai Aswaja At-Tawazun (Keseimbangan) tercermin dalam Program Musik Religi. Pada program acara
Musik Religi merupakan tayangan hiburan talkshow untuk memikat remaja
bersholawat dengan mengikuti jaman sekarang. Hal ini merupakan strategi dalam
mengonsep nilai Aswaja dalam program acara Musik Religi, bahwa tidak hanya
melulu menayangkan ceramah dan berita akan tetapi keseimbangan termasuk
tayangan hiburan terhadap remaja.
Penyampaian host narasumber pada program acara Musik Religi episode
“Mimpi Itu Dijemput Bukan Ditunggu” mampu menceritakan menjadi konten
kreator travelling muslimah yang tidak membatasi ruang geraknya sesuai dengan
nilai Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yang tercemin pada At-Tawasuth (moderat)
tercermin dalam mengambil posisi tengah, bersikap adil dengan pilihan dirinya dan
mengambil keputusan yang bijak ketika berhadapan dengan berbagai situasi.
Audiens dalam program acara Musik Religi episode “Mimpi Itu Dijemput
Bukan” Ditunggu memberikan respon nyaman, relax, dengan menitipkan salamsalam kepada saudara, teman-teman dan senang hati request lagu sholawat yang
menjadi favorite untuk bisa ditayangkan di acara Musik Religi. Melihat respon
audiens pada acara Musik Religi, nilai-nilai yang diberikan oleh host dan
narasumber dapat diterima oleh audiens tanpa perlawanan
Berdasarkan proses penelitian yang dilakukan bahwa Analisis Semiotika
Program Acara Musik Religi TV 9 Nusantara Episode: Mimpi Itu Dijemput Bukan
Ditunggu memiliki aspek selain semiotika Charles Sander pierce dan layak di
analisis untuk dijadikan penelitian oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai semiotika lain selain Charles Sander Peirce misalnya analisis
mengenai visual, atau Semiotika menurut John Fiske. Penelitian pada aspek lain
akan menambahkan ilmu baru yang dapat dipelajari akademisi maupun pembuatan
program acara.