dc.description.abstract | Malaria sampai saat ini masih menjadi penyakit dengan prevalensi dan
angka kematian yang tinggi, terutama di 106 negara endemis malaria termasuk
Indonesia. Namun, berbagai upaya pemberantasannya termasuk pengembangan
vaksin malaria masih belum optimal karena kompleksitas hidup Plasmodium.
Salah satu jenis vaksin malaria adalah vaksin fase seksual yang dikenal dengan
nama Transmission Blocking Vaccine (TBV) yang diharapkan efektif dalam
mengurangi penyebaran malaria terutama di negara-negara endemis. Salah satu
basis pengembangan TBV yang potensial saat ini adalah TBV berbasis kelenjar
saliva vektor (Anopheles). Di dalam kelenjar saliva berbagai macam vektor
arthropoda pembawa penyakit, termasuk Anopheles, diduga terdapat berbagai
substansi yang mempermudah blood feeding termasuk protein imunomodulator.
Pada paparan berulang gigitan atau kelenjar saliva Anopheles, protein
imunomodulator ini diduga dapat menggeser respon imun inang ke arah T helper
1 (Th1) lebih bersifat protektif terhadap infeksi Plasmodium karena dapat
meningkatkan kadar Interferon- γ (IFN-γ) yang dapat mengaktifkan makrofag
untuk menghambat perkembangan Plasmodium melalui produksi Nitric Oxida
(NO). Salah satu spesies vektor malaria di Indonesia adalah Anopheles aconitus
yang merupakan vektor malaria utama di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kelenjar saliva
Anopheles aconitus sebagai kandidat target potensial pengembangan vaksin model
TBV melawan malaria. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk untuk
mengetahui profil IFN-γ pada mencit galur BALB/c pasca injeksi ekstrak kelenjar
saliva Anopheles aconitus sebagai vaksin model TBV melawan malaria.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental yang dianalisis secara
deskriptif analitik. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random
vii
sampling. Sampel yang digunakan adalah mencit BALB/c jantan berumur 6-8
minggu sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok tersebut
terdiri dari kelompok yang diinjeksi vaksin model ekstrak kelenjar saliva
Anopheles aconitus betina steril (tidak berisi Plasmodium) sediaan pelet dan
supernatan serta larutan kontrol sebanyak 3 kali (1 kali vaksinasi primer dan 2 kali
vaksinasi booster) dengan interval 2 minggu. Adjuvan yang digunakan berupa gel
Alumunium Hidroksida (Alhydrogel). Bahan dasar vaksin adalah kelenjar saliva
Anopheles aconitus betina sebanyak 1500 pasang kelenjar. Kadar IFN-γ plasma
darah hewan coba yang diambil beberapa kali yaitu sebelum vaksinasi dan
masing-masing 1 minggu setelah vaksinasi primer, booster I dan booster II
(pengambilan plasma I, II, III dan IV) diukur dengan metode Sandwich ELISA. | en_US |