Show simple item record

dc.contributor.authorARDIYANTI, Felita
dc.date.accessioned2023-03-15T06:26:02Z
dc.date.available2023-03-15T06:26:02Z
dc.date.issued2022-07-11
dc.identifier.nim181910301047en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/112861
dc.description.abstractData curah hujan merupakan parameter meteorologi yang penting dalam melakukan pemodelan hidrologi. Dari pencatatan hujan di lapangan dengan alat penakar hujan masih mengalami keterbatasan data dan sebaran stasiun hujan yang tidak merata. Solusi untuk menyikapi hal tersebut, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan data hujan satelit untuk mengisi keterbatasan data hujan observasi. Pada penelitian ini yang digunakan yaitu data curah hujan satelit GPM (Global Precipitation Measurement), karena memiliki resolusi spasial 0,1º (10 km x 10 km) dan resolusi temporal 30 menit. Dalam penelitian ini menggunakan data hujan satellite GPM (Global Precipitation Measurement) dan data hujan lapangan DAS baru periode 2011-2020. Data yang digunakan adalah curah hujan harian dan bulanan. Sebelum pengujian keakuratan perlu dilakukan uji korelasi. Pengujian tersebut menggunakan pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan metode algoritma backpropagation. Hasil nilai korelasi curah hujan harian diperoleh sebesar 0,47 dengan kriteria korelasi yang cukup, sedangkan untuk nilai korelasi curah hujan bulanan diperoleh sebesar 0,8423 dengan kriteria korelasi sangat kuat. Untuk tingkat akurasi hasil pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan antara data hujan satelit GPM 3IMRGDF dengan data hujan rerata harian pada stasiun hujan dengan hasil terbaik di DAS Baru menggunakan hidden neuron 20 dengan nilai R training 0,6738, nilai R validation 0,5777, nilai R testing 0,5237 dan nilai MSE sebesar 0,0050. Sedangkan untuk data hujan bulanan pada stasiun hujan dengan hasil terbaik di DAS Baru diperoleh hasil terbaik menggunakan hidden neuron 10 dengan nilai R training 0,9997, nilai R validation 0,8151, nilai R testing 0,9425 dan nilai MSE sebesar 0,1159. Untuk uji keandalan pada stasiun hujan di daerah dataran sedang memiliki nilai R sebesar 0,9387 dan nilai MSE sebesar 0,1857, sedangkan stasiun hujan di dataran rendah memiliki nilai R sebesar 0,9673 dan nilai MSE sebesar 0,1690. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai R dan MSE dari kedua daerah dataran memiliki nilai yang relatif sama atau tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil dari pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan menggunakan data hujan rerata harian dan data curah hujan bulanan satelit GPM dapat disimpulkan bahwa data curah hujan bulanan satelit GPM lebih baik untuk digunakan sebagai pendugaan data curah hujan observasi karena grafik hasil pengujian data observasi dengan data output Jaringan Syaraf Tiruan (JST) memiliki pola yang hampir sama.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Ir. Gusfan Halik, S.T., M.T. Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM.en_US
dc.publisherFakultas Tekniken_US
dc.subjectSatelit GPMen_US
dc.subjectCurah Hujanen_US
dc.subjectDAS Baruen_US
dc.titlePrediksi Curah Hujan Memanfaatkan Data Satelit GPM ( Global Precipition Measurement) di DAS Baru, Kabupaten Banyuwangien_US
dc.typeTesisen_US
dc.identifier.prodiTeknik Sipilen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Ir. Gusfan Halik, S.T., M.Ten_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM.en_US
dc.identifier.validatorratna_7 September 2022en_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi unggah file repository tanggal 15 Maret 2023_M. Arif Tarchimansyahen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record