dc.description.abstract | Salah satu permasalahan yang sering terjadi setiap tahunnya adalah masalah banjir.
Banjir dapat terjadi akibat dari kuatnya kondisi angin dan kebocoran pada tanggul. Selain itu
terdapat beberapa faktor lainnya, seperti curah hujan yang cukup tinggi, permukaan tanah lebih
rendah dibandingkan muka air laut, wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi
perbukitan dengan minim resapan air, pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai, aliran
sungai yang terhambat oleh sampah. Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi
di Indonesia. Hampir setiap tahun banjir di Kota Bekasi terjadi pada setiap datangnya musim
penghujan. Sebanyak 55 titik banjir di 11 kecamatan yang terdampak banjir pada bulan
Februari 2021 menurut BPBD Kota Bekasi.
Untuk meminimalisir dampak banjir, perlu dibuatnya strategi mitigasi kerawanan
banjir. Strategi Mitigasi kerawanan banjir dapat dibuat berdasarkan analisa triangulasi dengan
melihat kondisi eksisting dan hasil dari Analisa spasial. Untuk menghasilkan indeks dan peta
kerawanan banjir, dilakukan Analisa menggunakan aplikasi Arc-GIS yang dikorelasikan
dengan metode pengambilan keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
untuk menghasilkan indeks kerawanan. Presentase Indeks kerawanan dinilai dari beberapa
parameter yang digunakan dengan kesesuaian pada lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian yang telah dilukakan adalah parameter dengan potensi kejadian
banjir menurut metode AHP yang paling besar adalah faktor tata guna lahan sangat
berpengaruh dengan bobot 22,94%, kemudian diikuti oleh faktor Curah hujan dengan bobot
15,13%, Jarak Sungai dengan bobot 14,87%, Kerapatan Sungai dengan bobot 14,02%,
Kelerengan dengan bobot 13,25%, Elevasi dengan bobot 11,33%, dan Jenis Tanah dengan
bobot 8,44%. Hasil validasi AUC pada Analisa didapat sebesar 0,731 dengan akurasi 73,1%
sehingga dapat disimpulkan Analisa memiliki tingkat akurasi yang baik. Penentuan strategi
mitigasi pada daerah rawan banjir di Kecamatan Rawalumbu menggunakan analisa triangulasi
yang didasarkan pada kondisi eksisting dihubungkan dengan kebijakan daerah lalu
menghasilkan strategi mitigasi berbasis Natuer-Based Solution seperti Pembuatan Kolam
Pengumpul Air Hujan (PAH), Penyediaan Sumur Resapan Air pada daerah terbangun dengan kepadatan penduduk yang tinggi, Pembuatan lubang resapan biopori pada kawasan perumahan,
Pembuatan Eko-drainase untuk mengisi air tanah dan mengurangi genangan dan banjir,
Penggunaan jenis paving blok pada perkerasan jalan untuk mengoptimalkan penyerapan air
hujan ke dalam tanah, Penggunaan saluran air hujan pracetak berlubang guna mengalirkan atau
meresap air hujan ke dalam tanah dengan bentuk saluran U atau trapezium, Relokasi bangunan
sepadan sungai terdampak banjir, dan Melakukan pengerukan pada dasar sungai guna
menghindari sedimentasi tanah pada dasar sungai yang menyebabkan meluapnya air sungai. | en_US |