Show simple item record

dc.contributor.authorJULIATN, Nungki
dc.date.accessioned2022-11-07T06:32:24Z
dc.date.available2022-11-07T06:32:24Z
dc.date.issued2022-11-07
dc.date.submitted
dc.identifier.nim180220303003en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110644
dc.description.abstractErupsi gunung Semeru pada tanggal 4 Desember berdampak cukup luas, dimana dampaknya yaitu rusaknya fasilitas umum (sekolah, jalan, listri, aliran air), permukiman warga, lahan yang sudah tertutup abu, meninggalnya orang orang yang berada pada tempat kejadian, hilangnya ternak-ternak masyarakat yang ada di 2 Kecamatan tersebut. Adanya dampak tersebut mengharuskan adanya pembangunan untuk memperbaiki tatanan fasilitas umum, permukiman untuk mensejahterakan lagi kehidupan masyrakat yang terdampak erupsi. Kebijakan pemerintah untuk membangun Hunian Sementara bagi warga terdampak erupsi turun di Lokasi Perhutani dan sudah disetujui oleh pihak perhutani. Dengan adanya keputusan itu maka disini ada masyarakat yang merasa dirugikan yakni, masyarakat yang mempunyai hak pakai di lahan perhutani tersebut. Lahan perhutani di Desa Sumber Mujur yang dijadikan HUNTARA adalah kurang lebih 79,6 Ha dengan kata lain merugikan 221 orang yang mempunyai hak pakai di lahan perhutani tersebut. Dengan adanya pembangunan yang tiba-tiba ini sangat merugikan sekali petani yang punya hak pakai untuk menggunakan lahan milik perhutani yang ada di daerah tersebut. Petani yang barada disana umumnya menanam kopi, polowijo dan jagung sebagai pemasukan ekonomi mereka. Beberapa masyarakat menjadikan hasil pertanian tersebut menjadi pendapatan utama mereka, dikarenakan lahan tersebut atau hasil panen tersebut sangat menjanjikan ada informan yang satu kali masa tanam mendapatkan hasil bersih Rp 50.000.000,- di lahan 2,5 Ha. Dengan kata lain pendapatan sebegitu besarnya sudah sangat memenuhi perekonomian mereka.Dengan adanya alih fungsi lahan ini sangat mengganggu pekerjaan yang mereka tekuni sehari-hari. Pekerjaan mereka menjadi terbatas dan juga pemasukan perekonomian mereka menjadi berkurang. Tidak hanya berhenti disana lahan tersebut merupakan riwayat kehidupan mereka, maksudnya ada beberapa warga yang mendapatkan lahan tersebut dari cara babat alas atau ngawiti dalam bahasa jawa. Jadi tanaman-tanaman yang ada di lahan tersebut sudah menjadi anak bagi mereka karena ada beberapa informan yang lahan tersebut sudah memakai hak pakainya selama 20 tahun, jadi sudah menjadi bagian hidup mereka. Yang mereka rasakan sekarang lebih kepada kehilangan sosok anak yang sudah mereka rawat selama 20 tahun. Dengan kata lain alih fungsi lahan tersebut maka akan muncul permasalah baru di masyarakat petani yakni Marginalisasi. Marginalisasi yang dimaksud dalam hal ini keterbatasan mereka untuk mengelola lahan milik perhutani dan juga keterbatasan mereka mendapatakan pemasukan perekonomian. Perekonomian yang mereka dapatkan saat ini bisa dikatakan terpaksa mencukup-cukupkan untuk kebutuhan sehari-hari. Penghasilan yang mereka dapatkan selama satu bulan kurang lebih Rp. 500.000,-. Dengan kondisi perekonomian yang seperti itu mereka harus mengatur cara bagaimana bisa bertahan hidup kedepannya.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Pudjo Suharso, M.Si Dr. Sukidin, M.Sien_US
dc.language.isoenen_US
dc.publisheruniversitas jemberen_US
dc.subjectMarginalisasien_US
dc.titleMarginalisasi Petani Akibat Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang)en_US
dc.typeTesisen_US
dc.identifier.prodifakultas keguruan dan ilmu pendidikanen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Pudjo Suharso, M.Sien_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Sukidin, M.Pden_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record