dc.description.abstract | Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering dialami hampir seluruh manusia di dunia. P. gingivalis merupakan salah satu bakteri dominan yang terdapat pada penyakit periodontitis karena bakteri tersebut dapat mengekspresikan berbagai faktor virulensi yang dapat menginduksi mediator inflamasi, seperti TNF-α dan IL-1 yang berperan dalam peningkatan infiltrasi makrofag dan polymorphonuclear leukosit (PMN). Makrofag dan PMN dapat memproduksi sitokin MMP-8 dan MMP-8 tersebut akan memediasi destruksi matriks ekstraseluler gingiva sehingga kepadatan serat kolagen gingiva dapat berkurang. Perawatan scaling dan root planing tidak cukup untuk mengatasi periodontitis dikarenakan bakteri periodontopatogen masih tertinggal di gingiva, tubulus dentin, dan sementum, sehingga untuk mengeliminasi bakteri tersebut, diperlukan suatu antibiotik sistemik karena obat dapat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Metronidazole merupakan drug of choice untuk menurunkan jumlah P. gingivalis dengan menurunkan faktor virulensi P. gingivalis, namun dapat menimbulkan efek samping, yaitu hipersensitivitas, sakit kepala, mual, mulut kering (xerostomia), adanya rasa logam di mulut, serta resistensi bakteri periodontitis. Tanaman herbal dapat menjadi terapi alternatif periodontitis dengan efek samping yang minimal, seperti daun singkong. Tanaman singkong diduga dapat berperan sebagai antibakteri karena memiliki komponen senyawa aktif, seperti flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, dan vitamin C. Jenis penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah the post test only control group design. Penelitian ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok B (Baseline) merupakan kelompok tikus sehat yang tidak diinduksi P. gingivalis dan tidak diberikan perlakuan, kelompok K+ (kontrol positif) merupakan kelompok tikus periodontitis dan diberikan metronidazole secara per oral dengan dosis 179,2 mg/kgBB, kelompok K- (kontrol negatif) merupakan kelompok tikus periodontitis dan diberikan akuades, kelompok E (Ekstrak) merupakan kelompok tikus periodontitis dan diberikan ekstrak daun singkong sebesar 179,2 mg/kgBB secara per oral. Induksi P. gingivalis diberikan sebanyak 0,05 ml 3 hari sekali selama 2 minggu. Pemberian akuades, ekstrak daun singkong, dan metronidazole diberikan setiap 2 kali sehari selama 7 hari dan dilakukan setelah tikus mengalami tanda-tanda periodontitis. Tikus dieuthanasia pada hari ke-8 setelah pemberian akuades, metronidazole, dan ekstrak daun singkong, lalu dibuat preparat histologi untuk diamati kepadatan serat kolagen gingiva dari masing-masing tikus tersebut. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik parametrik One Way Annova. Hasil uji One Way Annova menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada seluruh kelompok penelitian. Selanjutnya, dilakukan uji Post-hoc LSD, dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok K- dengan kelompok K+, kelompok K- dengan kelompok E, dan kelompok K- dengan kelompok B, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K+ dengan kelompok B, kelompok E dengan kelompok B, dan kelompok E dengan kelompok K+, sehingga dapat diartikan bahwa metronidazole dan ekstrak daun singkong memiliki efek yang sama dalam meningkatkan kepadatan serat kolagen gingiva tikus periodontitis seperti serat kolagen gingiva yang sehat. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ekstrak daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dapat meningkatkan kepadatan serat kolagen gingiva tikus periodontitis yang diinduksi P. gingivalis. | en_US |