dc.description.abstract | Kajian ini membahas tentang Perayaan Hari Imlek dan Masyarakat Tionghoa Di
Kabupaten Jember Pada Tahun 1998 – 2018. Permasalahan kajian adalah
Bagaimana pelaksanaan perayaan Imlek pada Tahun 1998-2008, dan perayaan
Imlek pada Tahun 2009-2018. Apa saja kegiatan-kegiatan dalam perayaan Imlek.
Apa dampak perayaan Imlek di Kabupaten Jember. Teori yang digunakan adalah
teori interaksi sosial. Metode sejarah digunakan untuk rekonstruksi peristiwa, yang
meliputi, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber kajian berasal dari,
foto-foto kegiatan Imlek, wawancara dengan tokoh-tokoh Tionghoa, buku-buku
dan karya ilmiah lainnya yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa, Masa
Reformasi sebagai awal orang-orang Tionghoa untuk mengubah keadaan agar
diterima seutuhnya dengan segala ciri khas masyarakat Tionghoa. Masyarakat
Tionghoa mendapatkan kebebasan untuk melaksanakan upacara keagamaan dan
adat istiadat secara terbuka. Beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
Tionghoa pada perayaan Imlek seperti, membeli baju baru dengan warna serba
merah, melakukan sembahyang saat Imlek, membersihkan vihara dan patung patung dewa. Antusias masyarakat Tionghoa tidak berubah dalam menyambut
Imlek, seperti pada perayaan tahun 2009. Masyarakat Tionghoa melakukan
persiapan dengan membersihkan vihara, dan patung-patung dewa. Tahun 2012,
melalui Paguyuban Masyarakat Tionghoa Indonesia mengundang penyanyi dari
Malaysia yang bernama Wang Chia Chia, di Sari Utama. Perayaan Imlek
memberikan dampak dalam bidang sosial dan ekonomi. Tahun 2016, perayaan
Imlek menjadikan peningkatan pesanan buah naga di Kebun Rembangan.
Kesimpulan kajian, masyarakat Tionghoa menjaga nilai luhur mereka. Perayaan
Imlek dilaksanakan secara terus menerus pasca tahun 1998, secara terbuka.
Interaksi sosial antar masyarakat menjadi meningkat dengan adanya perayaan
Imlek. Interkasi sosial ini terjadi antara orang Tionghoa dan masyarakat Jember
secara umum. | en_US |