Penentuan Model Klasifikasi dan Aktivitas Antioksidan Serbuk Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Varietas Ratu Berbeda Ketinggian dengan Metode NIR dan Kemometrik
Abstract
Antioksidan merupakan salah satu aktivitas farmakologis yang penting bagi
tubuh manusia. Tubuh manusia tidak cukup memberikan cadangan antioksidan,
sehingga ketika terdapat paparan radikal yang berlebih maka tubuh perlu
mendapatkan antioksidan dari luar tubuh. Antioksidan sintetik dikhawatirkan
mempunyai efek samping tertentu ketika digunakan, sehingga antioksidan alami
dapat menjadi alternatif potensial yang dapat dikembangkan. Aktivitas
farmakologis dari suatu tanaman ditentukan oleh kandungan metabolit sekunder.
Salah satu metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan yaitu golongan
senyawa flavonoid. Kandungan senyawa metabolit sekunder dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti varietas dan ketinggian tempat tanam. Salah satu
varietas sirsak yang ada di masyarakat adalah varietas ratu. Penelitian yang
mengamati secara khusus aktivitas antioksidan serbuk daun sirsak yang tumbuh
dengan perbedaan ketinggian tempat belum pernah dilakukan, sedangkan di
Indonesia merupakan negara agrasis dengan dataran wilayah yang beragam.
Penentuan aktivitas antioksidan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan di daerah ketinggian mana yang mempunyai
potensi yang lebih tinggi sebagai sumber antioksidan. Pada penelitian ini juga
dilakukan pembentukan model klasifikasi untuk membedakan daun sirsak varietas
ratu di dataran rendah, sedang, dan tinggi. Sampel yang digunakan adalah serbuk
daun sirsak varietas ratu di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Jember,
Kabupaten Bondowoso, dan Kota Batu. Ketinggian tempat ditentukan dengan
perangkat lunak Google Earth Altimeter dengan klasifikasi yaitu dataran rendah (0-
200 mdpl), dataran sedang (201-700 mdpl), dan dataran tinggi (>700 mdpl).
Spektroskopi NIR yaitu metode pembentukan model klasifikasi yang digunakan
untuk membedakan daun sirsak berdasarkan ketinggian tempat tanamnya. Data
spektrum NIR sangat rumit dan tumpang tindih sehingga digunakan metode
kemometrik secara kualitatif (LDA, SVM, dan SIMCA) untuk membentuk model
klasifikasi daun sirsak berdasarkan ketinggian tempat tanamnya. Model klasifikasi
yang telah terpilih kemudian dilakukan validasi dengan metode LOOCV (Leave
One Out Cross Validation) dan 2FCV (Two Fold Cross Validation).
Hasil uji aktivitas antioksidan serbuk daun sirsak varietas ratu dengan
metode pembanding DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan antar dataran tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada
sampel, aktvitas antioksidan paling kuat adalah sampel TS1 (dataran rendah)
dengan nilai IC50 sebesar 37,627 µg/ml, sedangkan aktivitas antioksidan terkecil
adalah sampel DR1 (dataran rendah) dengan nilai IC50 sebesar 128,237 µg/ml. Hasil
antar dataran tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, hasil ini didukung
dengan uji One-Way ANOVA yang menunjukkan nilai Sig. 0,955 (>0,05) yang artinya antar kelompok data di tiga wilayah ketinggian tersebut tidak memiliki
perbedaan yang signifikan.
Pada penelitian ini, nilai hasil akurasi pemetaan model LDA adalah 100%,
sedangkan nilai akurasi pada model SVM adalah 97,01% dan pada SIMCA hanya
69,23%. Selanjutnya dilakukan validasi silang dengan metode LOOCV dengan
mengeluarkan set data DR3, DS3, dan DT2. Hasil validasi metode LOOCV pada
model LDA menunjukkan hasil akurasi 100%. Setelah itu dilakukan validasi
dengan metode 2FCV dengan menggunakan tiga set data test set yang menunjukkan
hasil akurasi 100% pada model LDA. Model klasifikasi kemometrik yang terpilih
dan tervalidasi yaitu model LDA kemudian diaplikasikan pada sampel nyata di
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember (sampel SN1), Kecamatan Jelbuk,
Kabupaten Bondowoso (sampel SN2), dan Kecamatan Maesan, Kabupaten
Bondowoso (sampel SN3). Model LDA berhasil memprediksi kategori seluruh
sampel nyata dengan tepat (akurasi 100%).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1505]