Hubungan Durasi Kerja Harian dengan Kejadian Burnout Syndrome pada Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Kabupaten Jember
Abstract
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada tenaga kesehatan
seperti risiko terpapar COVID-19 dan peningkatan beban pada sistem pelayanan
kesehatan yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pelayanan
tenaga kesehatan. Selain itu, risiko lain yang dapat mengakibatkan kualitas hidup
dan produktivitas pelayanan tenaga kesehatan yang jarang diperhatikan adalah
kesehatan mental termasuk risiko burnout syndrome. Burnout syndrome
merupakan sindrom psikologi akibat stres berkepanjangan yang berhubungan
dengan pekerjaan (C. Maslach dan Leiter, 2016). Program Studi Magister
Kedokteran Kerja FK UI pada tahun 2020 melakukan survei kepada 1461 tenaga
kesehatan selama pandemi COVID-19 di Indonesia dan menunjukan hasil 82%
tenaga kesehatan burnout syndrome derajat sedang dan 1% tenaga kesehatan
mengalami burnout syndrome derajat berat (Basrowi, 2020).
Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi burnout syndrome pada
tenaga kesehatan salah satunya adalah durasi kerja harian (H. Alanazi dkk., 2020).
Selama pandemi COVID-19 telah dikeluarkan pedoman standar perlindungan
dokter di era COVID-19, dalam buku panduan tersebut menurut Permenkes No. 52
tahun 2018 menyatakan bahwa durasi kerja harian yaitu 40 jam dalam seminggu
dengan durasi kerja harian 7-8 jam dan tidak lebih 12 jam (Eka, 2020). Namun
dengan peningkatan angka kasus dan berkurangnya sumber daya manusia,
mengakibatkan para tenaga kesehatan harus bekerja lebih dari jam kerja yang
direkomendasikan, seperti shift kerja yang lebih banyak maupun bekerja lembur
yang akan meningkatkan beban kerja (CDC, 2020). Melihat minimnya studi
mengenai hubungan durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome selama pandemi COVID-19 di Indonesia oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
menganalisi hubungan durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome pada
tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan COVID-19 Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik
observasional dan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSD
dr. Soebandi, RS Perkebunan Jember Klinik dan RSU Kaliwates. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Oktober 2021-Januari 2022. Instrument dalam pebelitian ini
adalah kuesioner data demografi dan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI)
untuk mengukur burnout syndrome pada tenaga kesehatan. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square untuk melihat ada tidaknya
hubungan antara durasi kerja harian dengan kejadian burnout syndrome pada tenaga
kesehatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 179 responden (84%)
mengalami burnout syndrome ringan, 34 responden (16%) mengalami burnout
syndrome sedang dan tidak ditemukan responden yang mengalami burnout
syndrome cukup tinggi dan tinggi. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square
menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara durasi kerja harian dengan
kejadian burnout syndrome pada tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan COVID19 Kabupaten Jember dengan nilai ρ-value 0,699 (p>0,05).
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]