dc.description.abstract | Udara memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus
dijaga untuk kelangsungan setiap makhluk hidup. Udara merupakan salah satu
komponen utama lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan sehingga kualitas
udara sangat perlu untuk dijaga. Salah satu cara untuk memperoleh kualitas udara
adalah dengan melakukan pengendalian terhadap kualitas udara, dikarenakan
banyaknya pencemaran udara pada saat ini (Yociko, 2016).
Pencemaran udara disebabkan oleh sumber bergerak dan tidak bergerak,
termasuk sektor transportasi, industri, dan rumah tangga. Faktor lain yang secara tidak
langsung mempengaruhi terjadinya pencemaran udara adalah pertumbuhan penduduk
dan tingkat urbanisasi. Perkembangan tata ruang sangat tidak seimbang, dan kesadaran
masyarakat terhadap pencemaran udara yang masih rendah (Simandjuntak, 2013).
Hasil dari faktor tersebut dapat menghasilkan substansi fisik seperti debu dan subtansi
kimia seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan sulfur dioksida
(SO4) yang dapat menyebabkan dampak buruk pada kesehatan mahkluk hidup yang
menghirup udara yang telah tercemar (Yociko, 2016).
Dampak buruk pencemaran dapat menimbulkan gangguan kesehatan. ISPA
adalah infeksi yang terjadi pada tenggorokan, saluran napas, dan paru-paru. Infeksi ini
dapat menyebabkan fungsi pernafasan menjadi terganggu. Jika tidak segera diobati,
ISPA dapat menyebar ke sistem pernapasan ke seluruh tubuh. Akibat infeksi, tubuh
tidak bisa mendapatkan oksigen yang cukup, kondisi ini bisa berakibat fatal bahkan
bisa menyebabkan kematian (Budiyono, 2010).
Kualitas udara menjadi salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan hidup makhluk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
udara antara lain adalah Karbon Monoksida (CO) dan Karbon Dioksida (CO2).
Menurut (Widodo, 2017). Udara bersih mengandung Kadar Karbon Monoksida (CO)
bernilai antara 0,1 – 0,99 PPM, Karbon Dioksida (CO2) bernilai antara 310 – 330 PPM,
Sulfur 0,003 – 0,02 PPM, Natrium Dioksida (NO2) 0,003 – 0,02 PPM, Hidrokarbon
0,1 – 0,99 PPM. Sedangkan untul kualitas udara tercemar mengandung Kadar Karbon
Monoksida (CO) bernilai antara 5 – 200 PPM, Karbon Dioksida (CO2) bernilai antara
350 – 700 PPM, Sulfur 0,02 – 2 PPM, Natrium Dioksida (NO2) 0,003 – 0,02 PPM,
Hidrokarbon 1 – 20 PPM. Apabila kualitas udara kurang baik dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan hingga kematian makhluk hidup.
Dinas lingkungan hidup (DLH) Kota Blitar berupaya meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menjaga kualitas udara dengan memanfaaat sistem
monitoring lingkungan (SIMOLIN) untuk mengetahui kualitas udara. Tetapi sistem
monitoring lingkungan (SIMOLIN) di Kota Blitar ini dirasa masih kurang dalam
menyampaikan informasi karena tidak menjelaskan variabel kualitas udara dan serta
jangkauan pemantuan sensor yang terbatas karena hanya dipasang di dua titik ruang
terbuka hijau di Kota Blitar. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem monitoring
kualitas udara yang tidak hanya dipasang di ruang terbuka hijau namun mendukung
beberapa titik pemantauan untuk mengningkatkan jangkauan pemantuan kualitas udara
yang saling terhubung secara nirkabel serta tidak terbatasi dengan lokasi pemasangan
alat secara permanen. Diharapkan sistem ini dapat membantu SIMOLIN dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai kualitas udara di Kota Blitar
khususnya daerah yang jauh dari SIMOLIN dan tidak terhubung dengan internet.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini akan
mengembangkan sebuah sistem yang mengimplementasikan wireless sensor network
berbasis LoRa (Long Range) untuk monitoring beberapa titik kualitas udara secara
realtime. LoRa mampu mengirimkan data-data sensor menggunakan gelombang radio
dengan jarak hingga beberapa kilometer sehingga sangat cocok diterapkan pada
penelitian ini. Data-data yang dikirimkan adalah parameter-parameter kualitas udara
seperti Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Suhu dan Kelembapan
udara di Kota Blitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan radius
jangkauan sensor dengan menggunakan beberapa node dalam melakukan monitoring
kualtias udara dan dapat menentukan kualitas udara dengan tepat. Supaya system ini
dapat berjalan sesuai yang diinginkan, maka peneliti mengusulkan menggunakan Fuzzy
Logic Sugeno untuk menentukan kualitas udara berdasarkan parameter-parameter yang
dipilih. Fuzzy Logic Sugeno terbukti efektif sebagai system pendukung pengambilan
keputusan seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Simorangkir (2017) yang berjudul “Rancang Bangun Pemantauan Kualitas Udara
Pada Taman Wilayah Melalui Website Berbasis Arduino Menggunakan Logika
Fuzzy”. | en_US |