Aktivitas Larutan Neem Gum (Azadirachta Indica) Terhadap Viabilitas Bakteri Salmonella Enterica Ser Typhimurium (Secara in Vitro)
Abstract
Neem gum merupakan eksudat dari batang tanaman Azadirachta indica.
Tanaman ini berasal dari India, tetapi telah menyebar di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Tanaman ini mudah ditemukan di Baluran, Banyuwangi, Jawa Timur
dan sekitarnya. Gum yang dihasilkan tanaman ini memiliki keistimewaan dengan
banyak kandungan senyawa aktifnya. Namun, masyarakat belum memanfaatkannya
secara maksimal. Kandungan utama dari senyawa ini yaitu polisakarida nonpati
yang tersusun dari monosakarida seperti L-arabinosa, L-fukosa, D-galaktosa, D asam glukorionik, glukosa, manosa, dan D-xilosa. Selain itu, neem gum juga
mengandung protein, NaCl, KCl, salvadoura, salvadorin, saponin, tanin, vitamin C,
silika, resin, asam lemak, dan minyak atsiri. Polisakarida sendiri merupakan
senyawa yang berpotensi dijadikan sebagai bahan pangan fungsional.
Bahan pangan fungsional merupakan makanan yang saat ini banyak
diminati masyarakat karena fungsinya yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi
juga meningkatkan dan memelihara kesehatan contohnya prebiotik. Salah satu
manfaatnya yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri patogen enterik. Bakteri yang sering menyebabkan masalah
pencernaan yaitu Salmonella Typhimurium. Bakeri penyakit salmonellosis ini
merupakan penyebab terbanyak dari keracunan makanan atau biasa disebut
gastroenteritis. Kasus yang telah dilaporkan sebanyak 93,8 juta kejadian dengan
kematian mencapai 155.000. Terjadinya demam salmonellosis mencapai 800-
100.000 kasus per tahun di Indonesia. Orang dengan penyakit kekebalan tubuh
yang lemah tingkat kematian mencapai >25%. S. Typhimurium mampu bertahan
dan menetap di tubuh manusia. Kasus kekambuhan terjadi pada 5% populasi yang
terkenan infeksi bakteri ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
aktivitas pemberian larutan neem gum secara in vitro pada viabilitas bakteri
Salmonella Typhimurium.
Metode penelitian dilakukan secara in vitro dengan perhitungan viabilitas
bekteri menggunakan MTT assay. Bakteri S. Typhimurium diremajakan dalam
media agar terlebih dahulu. Selanjutnya, bakteri yang telah membentuk koloni
dibiakkan dalam media broth menjadi suspensi. Densitas bakteri yang masuk ke
dalam wellplate yaitu sebesar 0,5 Mcfarland atau 1x108 CFU/ml. Bakteri
diadaptasikan ke dalam sumuran selama 24 jam kemudian larutan neem gum
dengan tiga konsentrasi yaitu 5% (b/v), 10% (b/v), dan 20% (b/v) dipaparkan.
Inkubasi kembali selama 24 jam dalam keadaan anaerob suhu 37oC. Setelah
inkubasi selesai, viabilitas bakteri S. Typhimurium dihitung dengan MTT assay.
MTT reagent ditambah ke dalam masing-masing sumuran. Inkubasi kembali
selama tiga jam untuk membiarkan reaksi reduksi terjadi. Kemudian, MTT solvent
melarutkan kristal formazan sekaligus sebagai stop reaction. Absorbansinya
dihitung dalam ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm setelah terjadi
perubahan warna menjadi ungu/biru tua atau warna gelap. Nilai absorbansi yang
didapat dimasukan ke dalam rumus untuk mengetahui persentase viabilitas bakteri.
Hasil dari penelitian ini menunjukan besar viabilitas bakteri S. Typhimurium
pada tiga konsentrasi larutan neem gum yang berbeda yaitu 80,73% pada
konsentrasi neem gum 5%, 69,58% pada konsentrasi neem gum 10%, dan 52,45%
pada konsentrasi neem gum 20%. Produk prebiotik komersial berupa 10% inulin
menghasilkan nilai viabilitas sebesar 69,58%. Hasil tersebut menunjukan nilai
viabilitas perlakuan lebih kecil dari pada kelompok kontrol negatif yang bernilai
100% dan tidak diberi perlakuan apapun. Hasil uji beda menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan di seluruh kelompok. Uji perbedaan Mann Withney
menunjukan perbedaan yang signifikan terdapat pada K- dengan semua kelompok
perlakuan dan P 5% dengan P 20%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu aktivitas
larutan neem gum secara in vitro menunjukan adanya potensi untuk menurunkan
viabilitas bakteri Salmonella Typhimurium
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]