Show simple item record

dc.contributor.authorWINARTO, Naura Bathari
dc.date.accessioned2022-06-28T01:25:07Z
dc.date.available2022-06-28T01:25:07Z
dc.date.issued2021-11-04
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107894
dc.description.abstractInflamasi atau peradangan merupakan suatu respon jaringan vaskular terhadap infeksi dan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan dapat menyebabkan terlepasnya sitokin dan mediator inflamasi, seperti prostaglandin, interleukin, leukotrien, histamin, dan bradikinin. Inflamasi merupakan salah satu respons imun yang penting untuk membersihkan penyebab cedera atau jejas sel, namun di sisi lain, proses inflamasi akut atau kronis juga dapat menyebabkan gangguan inflamasi yang diperparah karena adanya enzim atau faktor proinflamasi. Oleh sebab itu, inflamasi secara alami terjadi pada tubuh, namun juga disebut sebagai induk dari segala penyakit (mother of disease). Penyakit akibat peradangan identik dengan akhiran -itis, seperti gastritis, hepatitis, dan artritis. Inflamasi berperan dalam patofisiologi berbagai penyakit autoimun, gangguan metabolik, penyakit jantung, dan kelainan genetik, seperti diabetes tipe 2, Alzheimer, serta kanker. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit yang berkaitan dengan inflamasi cukup tinggi. Pengobatan berbagai penyakit akibat inflamasi tersebut harus dilakukan untuk mengontrol gejala berbahaya akibat peradangan, namun tidak mengganggu efek menguntungkannya dalam respons imun. Oleh karena itu, obat antiinflamasi memiliki peran yang cukup luas mengingat banyaknya penyakit dan manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan akibat peradangan. Obat antiinflamasi saat ini dapat berupa obat yang berasal dari bahan alam (tumbuhan, jamur, mikroba) dan obat kimiawi/sintetis. Kulit batang Salix alba telah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun silam sebagai obat pertama antiinflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa herbal memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obat antiinflamasi. Di Indonesia, terdapat lebih dari 100 spesies penggunaan herbal antiradang yang telah didokumentasikan pada buku “Inventaris Tanaman Obat Indonesia” dan “Herb Index”. Penggunaan secara tradisional ini harus dievaluasi dalam studi klinis dan eksperimental agar tidak mengakibatkan overclaim penggunaan obat herbal pada sebagian besar masyarakat yang memercayai bahwa produk alam lebih baik daripada produk sintetis. Selain itu, penelitian tanaman obat bertujuan agar penggunaan herbal secara tradisional memiliki dasar bukti ilmiah (evidence-based medicine). Penelitian tanaman obat antiinflamasi di dunia masih terus berkembang hingga saat ini untuk membuktikan efektivitas dan keamanan tumbuhan obat. Namun, akibat dari banyaknya hasil penelitian yang sporadis, diperlukan suatu telaah yang bertujuan untuk mengelompokkan hasil penelitian tanaman obat Indonesia sebagai agen antiinflamasi berdasarkan famili tanaman, model bioassay, macam sampel, dan disertai dengan karakteristik penelitian. Oleh karena itu, telaah pustaka ini dibuat dengan metode systematic mapping review yang diharapkan mampu menjadi rujukan untuk penelitian tanaman obat antiinflamas di masa yang akan datang dan sebagai kontribusi terhadap pengembangan dan penelitian agen antiinflamasi baru dari tanaman obat. Prosedur yang digunakan pada telaah ini yaitu penelusuran literatur pada basis data Portal Garuda, PubMed, dan SciFinder menggunakan kelompok kata kunci pertama, pengecekan duplikasi literatur pada peranti lunak bibliografi (Mendeley), penyaringan literatur berdasarkan judul dan abstrak menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi tahap pertama, penelusuran literatur dengan kelompok kata kunci kedua di Mendeley, penyaringan literatur berdasarkan naskah penuh (full text) menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi tahap kedua (eligibility criteria), ekstraksi dan penyajian data, pengolahan, analisis data, serta penarikan kesimpulan. Hasil literatur penelitian tanaman obat dari Indonesia sebagai antiinflamasi yang ditelaah berjumlah 44 artikel. Karakteristik penelitian tersebut meliputi sebanyak 34 penelitian dilakukan di Indonesia, 10 penelitian dilakukan di luar Indonesia, serta memuat 28 famili dengan 43 spesies tanaman. Tiga famili terbanyak yang digunakan adalah Annonaceae, Thymelaeaceae, dan Malvaceae. Macam sampel yang digunakan pada penelitian antiinflamasi yaitu simplisia, ekstrak, fraksi, dan isolat. Metode bioassay yang digunakan meliputi skrining awal (in silico), in vitro, dan in vivo menggunakan objek uji dan parameter yang berkaitan dengan inflamasi. Metode bioassay, macam sampel, dan teknik ekstraksi yang paling banyak digunakan berturut-turut yaitu in vivo, ekstrak, dan maserasien_US
dc.description.sponsorshipapt. Ari Satia N., S.F., Gdipsc., M.Sc-Res., Ph ; Dosen Pembimbing apt. Antonius Nugraha Widhi P., S.Farm., M.P.Hen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectSYSTEMATIC MAPPING REVIEWen_US
dc.subjectTANAMAN OBATen_US
dc.subjectAGEN ANTIINFLAMASIen_US
dc.titleSystematic Mapping Review Penelitian Tanaman Obat dari Indonesia sebagai Agen Antiinflamasien_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record