dc.description.abstract | Indonesia tercatat sebagai negara eksportir kakao (Theobroma cacao L.)
terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Produksi kakao Indonesia
sebagian besar diekspor ke Malaysia, Amerika, India, China, dan Belanda. Menurut
Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 luas tanaman kakao di Indonesia mencapai
1.661.700 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 577.039 ton. Jumlah produksi
kakao dari PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XII yang ada di Jember sebesar 476
ton pada tahun 2019. Sebanyak 1 ton biji kakao kering menghasilkan 10 ton limbah
kulit buah kakao. Peningkatan luas area penanaman ataupun produksi kakao akan
menyebabkan peningkatan jumlah limbah kulit buah kakao. Kulit buah kakao
biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk kompos. Kulit buah
kakao dilaporkan mengandung zat fenolik yang konsentrasinya lebih tinggi
dibandingkan dengan biji kakao. Kulit buah kakao dilaporkan mengandung
senyawa fenolik seperti katekin, epikatekin, prosianidin, dan resveratrol yang
dilaporkan dapat menghambat Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Interleukin-6
(IL-6), dan Interleukin-1β (IL-1β). Peningkatan sitokin seperti TNF-α, IL-6, dan
IL-1 dapat berperan penting pada patofisiologi inflamasi dan nyeri akut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui aktivitas analgesik
dan antiinflamasi ekstrak etanol kulit buah kakao pada mencit yang diinduksi
formalin.
Aktivitas analgesik dapat diketahui melalui parameter licking time fase pertama
(menit 0 – 5) dan fase kedua (menit 20 – 30) setelah injeksi formalin secara
intraplantar. Sedangkan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi, dilakukan
pengukuran tebal plantar pada menit ke-5, 10, 20, 30, 60, 120, dan 180 setelah
injeksi formalin. Data yang didapatkan pada penelitian ini adalah licking time fase
pertama maupun kedua, dan data tebal plantar. Kemudian semua data dilakukan uji
normalitas menggunakan Saphiro Wilk dan uji homogenitas menggunakan
Levene’s Test. Apabila terdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan analisis
data dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc LSD.
Hasil penelitian rata-rata licking time fase pertama menujukkan penurunan
secara signifikan pada pemberian ekstrak dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB
terhadap kontrol negatif (p<0,05) dengan persentase penghambatan sebesar
38,497%, dan 40,091%. Sedangkan pada dosis 750 mg/kgBB dapat menghambat
licking time fase pertama sebesar 12,528% tetapi tidak berbeda signifikan terhadap
kontrol negatif (p>0,05). Pada fase kedua, pemberian ekstrak etanol kulit buah
kakao dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dapat menurunkan licking time fase
kedua secara signifikan (p<0,05) dengan persentase penghambatan 45,952% dan
59,081% dibandingkan kontrol negatif. Sedangkan pada dosis 750 mg/kgBB dapat
menghambat licking time fase kedua sebesar 22,976% tetapi tidak memiliki
perbedaaan signifikan terhadap kontrol negatif (p>0,05). Pemberian ekstrak etanol
kulit buah kakao juga dapat menurunkan tebal plantar pada secara signifikan
terhadap kontrol negatif (p<0,05) dengan persentase penghambatan tebal plantar sebesar 30,625%, 34,685%, dan 27,720% pada kelompok dosis 250 mg/kgBB, 500
mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB secara berurutan. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
dapat disimpulkan pemberian ekstrak etanol kulit buah kakao dosis memiliki
aktivitas analgesik pada dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB, serta aktivitas
antiinflamasi pada dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB. | en_US |