Show simple item record

dc.contributor.authorDIANATRI, Yenika Ayumega
dc.date.accessioned2022-06-10T07:10:02Z
dc.date.available2022-06-10T07:10:02Z
dc.date.issued2021-07-22
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107128
dc.descriptionValidasi unggah file repositori_Kacung Finalisasi unggah file repositori tanggal 10 Juni 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractManusia secara alami akan mengalami proses penuaan pada umumnya. Penuaan pada kulit manusia terjadi akibat dari proses penuaan intrinsik dan ekstrinsik. Proses penuaan intrinsik adalah proses penuaan alami mengikuti bertambahnya usia pada manusia sedangkan proses penuaan ekstrinsik adalah proses penuaan akibat faktor eksternal contohnya photoaging, polusi dan lain sebagainya (Ardhie, 2011). Teori mengenai proses oksidatif karena adanya molekul radikal bebas juga merupakan faktor dari proses penuaan. Penuaan karena proses oksidatif terjadi akibat dari kerusakan membran sel normal dan komposisi DNA. Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas turunan oksigen adalah molekul radikal bebas yang banyak ditemui di dalam tubuh (endogen) sebagai hasil dari metabolisme sel normal. Paparan dari luar tubuh seperti oksigen reaktif yang terdapat pada polutan lingkungan, infeksi jamur, infeksi virus, dan lain-lain juga dapat membentuk Reactive Oxygen Species (ROS) (Parwata, 2015). Apabila proses oksidasi terjadi terus menerus akan terjadi kelebihan produksi radikal bebas atau kurangnya antioksidan endogen sehingga memicu tidak seimbangnya jumlah radikal bebas dan antioksidan endogen yang disebut stres oksidatif (Ardhie, 2011). Apabila terjadi stres oksidatif yang disebabkan karena produksi radikal bebas yang berlebihan sehingga antioksidan endogen jumlahnya lebih kecil dari radikal bebas maka diperlukan antioksidan dari luar tubuh untuk membantu menetralisir radikal bebas sehingga reaksi stres oksidatif dapat berhenti dan dapat menghindari kerusakan sel. Antioksidan dari luar tubuh didapatkan secara sintesis dan alami. Antioksidan sistesis adalah Butil Hidroksi Anisol, Butil Hidroksi Toluen, Propil Galat dan Tert-Butil Hidrosi Quinon. Antioksidan alami dari buah, sayur dan tumbuhan lain berupa vitamin A, vitamin C, vitamin E, asam folat antosianin senyawa fenol dan flavonoid (Parwata, 2015). Antioksidan yang berasal dari tanaman sebagian besar mengandung senyawa polifenol atau terpen. Flavonoid merupakan senyawa polifenol terbesar yang digunakan pada produk perawatan kulit (Haerani dkk., 2018). Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan salah satu tanaman dengan aktivitas antioksidan. Kandungan kimia dari secang adalah brazilin, sappanin brazilein, dan minyak atsiri seperti d-α-phellandrena, asam galat osinema, dan damar (Lim, 1997 dalam Febriyenti dkk., 2018). Brazilin merupakan kandungan utama dari secang yang memiliki aktivitas atioksidan karena memiliki gugus hidroksi yang dapat menjadi pendonor atom H pada radikal bebas dan menjadikan radikal bebas kurang reaktif (Febriyenti dkk., 2018). Rusdi dkk., (2005) melakukan penelitian menunjukkan hasil aktivitas antioksidan ekstrak kayu secang paling bagus daripada vitamin C dan vitamin E dengan adanya peningkatan satuan antioksidan total (SAT) dari 2,39 mmol/L menjadi 4,38-7,58 mmol/L pada hepar mencit yang terpapar aflatoksin. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk memanfaatkan ekstrak kayu secang dibuat sediaan kosmetik dalam bentuk essence yang digunakan melalui kulit. Dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi kombinasi humektan yaitu butilen glikol dan gliserin pada sediaan essence ekstrak kayu secang menggunakan metode simplex lattice design. Ekstrak kayu secang akan diuji standarisasi terlebih dahulu sebelum diformulasi untuk menjamin mutunya, serta akan dilakukan uji DPPH untuk melihat aktivitas antioksidannya. Nilai viskositas dan pH merupakan respon yang diamati pada penelitian ini karena viskositas berhubungan dengan perbedaaan viskositas antara butilen glikol dan gliserin, sedangkan pH berhubungan dengan keamanan dalam penggunaan essence ekstrak kayu secang. Setelah didapatkan formula optimum essence ekstrak kayu secang dilanjutkan dengan uji karakterisasi untuk melihat sifat fisik sediaan essence berupa organoleptis, homogenitas, dan daya sebar. Hasil dari pengujian standarisasi ekstrak yaitu diperoleh kadar air sebesar 7,8172%, kadar abu total sebesar 1,3046%, kadar abu tidak larut asam sebesar 0,5364%, dan ekstrak kayu secang mengandung flavonoid yang ditandai dengan munculnya warna merah intensif pada uji identifikasi flavonoid. Hasil pengujian DPPH dari ekstrak kayu secang didapatkan nilai IC50 ekstrak kayu secang sebesar 10,76 ± 0,237 ppm dengan kategori aktivitas antioksidan sangat kuat. Hasil dari analisis simplex lattice design dari masing masing faktor optimasi yaitu peningkatan komposisi butilen glikol dan gliserin dapat meningkatkan nilai viskositas dan pH sediaan essence ekstrak kayu secang. Formula optimum essence estrak kayu secang yang didapatkan terdiri atas butilen glikol 10% dan gliserin 0% dengan prediksi nilai viskositas sediaan sebesar 2,944 dPas dan pH sebesar 5,075. Karakteristik formula optimum essence ekstrak kayu secang memiliki tekstur kental dengan perkiraan viskositas ± 3 dPas, bau khas ekstrak berwarna kuning kecoklatan, homogen, dan memiliki daya sebar 14 cm.en_US
dc.description.sponsorshipapt. Lidya Ameliana, S.Si.,M.Farm.(Pembimbing I) apt. Lusia Oktora Ruma K. S., S.F.,M.Sc.(Pembimbing II)en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectOptimasi Butilen Glikolen_US
dc.subjectEkstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.)en_US
dc.subjectGliserinen_US
dc.titleOptimasi Butilen Glikol dan Gliserin dalam Sediaan Essence Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Berkhasiat Antioksidanen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record