dc.description.abstract | Pola Komunikasi Keluarga Osing Abangan dalam Transmisi Etika Sosial di Kabupaten Banyuwangi: Kajian Etnografi Komunikasi; Sahara Megawati; 200120201006; 2022; 183 halaman, Magister Linguistik; Fakultas Ilmu Budaya; Universitas Jember.
Pada keluarga abangan Suku Osing Dusun Dukuh Kampung Baru, Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, keluarga memiliki peran utama dalam upaya pengembangan kepribadian anak. Keluarga abangan menggunakan etika sosial dalam mendidik anaknya. Etika sosial merupakan keteraturan hidup yang dijalankan oleh seorang atau kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menggali jenis tindak tutur yang digunakan oleh keluarga abangan Suku Osing dan pola komunikasi yang digunakan dalam mentransmisikan etika sosial.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi. Data penelitian ini berupa percakapan antara orang tua dan anak serta kakak dan adik yang mengandung transmisi etika sosial yang berupa etika pergaulan, kesantunan, pendidikan, dan keagamaan serta konteks yang melatarbelakangi percakapan tersebut. Metode pengumpulan data menggunakan introspeksi, observasi partisipasi, dan wawancara dengan teknik rekam dan catat. Metode analisis data menggunakan teori komponen tutur “SPEAKING-grid.”
Hasil penelitian menunjukkan jenis tindak tutur yang digunakan oleh keluarga abangan di Dusun Dukuh Kampung Baru adalah ilokusi direktif, perlokusi direktif, ilokusi asertif, perlokusi asertif, ilokusi deklaratif, ilokusi komisif, dan ilokusi ekspresif. Orang tua menggunakan tindak tutur yang bersifat koersif, sedangkan anak menggunakan tindak tutur yang berfungsi fatis.
Pola komunikasi yang terbangun bersifat dialogis (timbal balik) diawali oleh pertanyaan, tahapan pemberian pemahaman etika sosial, dan perintah melaksanakan yang disertai dengan peringatan, serta teguran pada anak ketika perintah dari orang tua tidak dilaksanakan. Tuturan orang tua yang disertai dengan tahapan teguran berbentuk kurva, yakni: mulai dari peringatan verbal tanpa disertai dengan nada marah, teguran verbal disertai dengan nada marah, hingga pemberian sanksi fisik. Hubungan emosional yang terjalin menunjukkan bahwa, bapak lebih dekat dengan anak laki-lakinya sedangkan anak perempuan lebih dekat dengan ibu. Perbedaan dari pola komunikasi yang terjadi antara anak perempuan dan anak laki-laki terletak pada nada (tone), body languange, dan tercapainya tujuan tutur (ends). Anak laki-laki berani menggunakan nada tinggi, body languange tidak serius, dan percakapan jarang mencapai tujuan tutur, terkecuali dengan bapak. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih bengkak (nakal) daripada anak perempuan. Pola komunikasi yang terbentuk mendukung norma/nilai yang mengatur hubungan antara orang tua dengan anak dan kakak dengan adik dalam mencerminkan kebudayaan Suku Osing khususnya di Dusun Dukuh Kampung Baru, Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, hasil didikan orang tua yang menggunakan tindak tutur koersif menjadikan anak lebih tertutup, sedangkan didikan yang tidak menggunakan itu, menjadikan anak hormat dan lebih terbuka. Hal itu dibuktikan dengan anak menggunakan campur kode bahasa Osing ke bahasa Jawa sebagai bentuk pola komunikasi yang menunjukkan penghormatan yang tinggi kepada mitra tutur. Setiap tuturan yang terjadi, mencapai tujuan tutur atau tidaknya dipengaruhi oleh siapa penutur dan lawan tuturnya, status sosial (peran, jabatan), umur, keeratan hubungan, dan jenis kelamin. | en_US |