dc.description.abstract | Berdasarkan data penelitian Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2007 dan
2013 prevalensi katarak senilis ditemukan sebesar 1,8 %, dalam hal ini
diperkirakan kejadian katarak pertahunnya akan ditemukan sebesar 0,1%.
Penduduk Indonesia cenderung menderita penyakit katarak 15 tahun lebih cepat
dibandingkan penduduk di negara subtropis. Hasil survei RAAB (Rapid
Assesment of Avoidable Blindness) yang dilakukan Kemenkes RI prevalensi
kebutaan pada penduduk usia diatas 50 tahun Provinsi Jawa Timur menjadi
provinsi paling tertinggi (4,4%). Proporsi kebutaan akibat katarak pada usia diatas
50 tahun di Jawa Timur mencapai 8,5%. Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
adalah puskesmas yang menemukan angka kejadian katarak terbanyak di
Kabupaten Jember dengan 3,046 kasus katarak. Pada tahun 2018 angka katarak di
Kabupaten Jember mengalami peningkatan sebanyak 3,229 dengan catatan kasus
baru dan 1,578 kasus lama. Pada tahun berikutnya wilayah kerja Puskesmas
Tempurejo kembali menduduki wilayah tertinggi dengan angka kejadian katarak
yaitu sebanyak 404 penderita katarak baru. Jumlah keseluruhan kasus katarak di
Puskesmas Tempurejo tahun 2019 mengalami peningkatan kembali menjadi 346
penderita katarak dan merupakan prevalensi tertinggi diantara Puskesmas
Kabupaten Jember.
Penyakit katarak adalah salah satu gangguan penglihatan yang berpotensi
dialami oleh siapapun. Salah satu faktor yang menyebabkan katarak yaitu : jenis
kelamin, tingkat pendidikan, riwayat penyakit, paparan sinar ultraviolet, kebiasaan
merokok, dan faktor pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor risiko katarak terhadap terjadinya katarak senil pada
petani di wilayah kerja puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case
control. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember pada bulan Maret - Mei 2021. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun sampel kasus
penelitian ini adalah petani dengan status gangguan penglihatan yang terdiagnosis
sebagai kasus katarak di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember
2020 sebanyak 48 petani. Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah petani
dengan status penglihatan mata normal dan tidak pernah terdiagnosis katarak di
wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember 2020 melalui teknik
accidental sampling sebanyak 48 petani. Pengambilan data dilakukan dengan cara
wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis statistik data dilakukan dengan
SPSS 22.0 menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi
square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian katarak ditemukan pada
kebanyakan petani berjenis kelamin perempuan sebesar 54,2%, petani dengan
tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah sebesar 63,5%, dan 47,9%, sosial
ekonomi kurang sebesar 66,7%; petani dengan tidak memiliki riwayat hipertensi
sebesar 75,0%, petani dengan berstatus mantan perokok/perokok sebesar 58,3%,
petani yang bekerja di luar gedung >4 jam per harinya sebesar 65,6%. Adapun
faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian katarak senil diantaranya yaitu
faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengetahuan, sosial ekonomi, dan
pekerjaan di luar gedung. Faktor risiko yang tidak memiliki pengaruh terhadap
katarak senil yaitu faktor riwayat hipertensi, dan kebiasaan merokok. Faktor risiko
yang paling berpengaruh dalam penelitian ini terhadap terjadinya katarak senil di
wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember yaitu variabel Jenis
kelamin.
Jadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah variabel jenis kelamin
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian katarak senil di
wilayah kerja puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember.
Rekomendasi dari penelitian ini yaitu pekerja petani melakukan
monitoring lingkungan kerja dengan cara menganalisis faktor-faktor risiko yang
mengarah terjadinya penyakit katarak senil di sektor pertanian. Meningkatkan
kualitas diri petani dengan mengikuti pendidikan atau pelatihan mengenai
pentingnya menjaga kesehtan mata dari penyakit katarak senil. Melakukan
pengaturan jam kerja dengan tujuan mengurangi lama paparan sinar ultraviolet
dengan memberikan jeda waktu istirahat dan atau pengaturan sift kerja di sektor
pertanian. Meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara mengatur pola makan
akan kaya protein serta melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara rutin
ataupun secara berkala. Penggunaan alat pelindung diri secara lengkap saat
bekerja berupa penggunaan topi dan kacamata agar mampu meminimalisir
paparan sinar ultraviolet pada mata | en_US |
dc.description.sponsorship | Dosen pembimbing utama : dr. Al Munawir, M.Kes., Ph.D
Dosen Pembimbing Anggota : dr. Supangat, M. Kes., Ph.D., Sp.BA | en_US |