Show simple item record

dc.contributor.authorHASYA, Aghnia
dc.date.accessioned2022-05-27T08:45:35Z
dc.date.available2022-05-27T08:45:35Z
dc.date.issued2022-03-29
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/106917
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 27 Mei 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractPada puncak COVID-19 kedua bulan Juli 2021, sebanyak 180 kabupaten/kota di Indonesia menjadi zona merah dan Jawa Timur menjadi penyumbang zona merah terbanyak yakni 33 kabupaten/kota. Data terbaru per tanggal 4 Oktober 2021 di Kabupaten Jember menujukkan total kasus terkonfirmasi sebanyak 16.099. Akibat semakin bertambahnya kasus COVID-19, terjadi perubahan pola kerja yang signifikan dan berpengaruh terhadap kesehatan mental tenaga kesehatan, antara lain dalam bentuk burnout syndrome. Burnout syndrome adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terdiri dari gejala kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapaian diri. Dokter atau perawat yang mengalami burnout rentan melakukan medical error yang berbahaya bagi pasien. Sebuah studi menemukan hubungan yang signifikan antara burnout pada dokter dan perawat yang sedang merawat pasien COVID-19. Penelitian di salah satu rumah sakit Kabupaten Jember menyatakan semakin tinggi burnout maka semakin menurun kinerja para perawat. Namun, masih belum dapat ditentukan, manakah di antara profesi dokter atau perawat yang berpotensi lebih besar untuk mengalami burnout pasca puncak pandemi COVID-19 gelombang kedua. Hal ini penting diketahui agar dokter dan perawat yang berperan penting dalam layanan kesehatan dapat bekerja secara optimal tanpa mengalami burnout. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat burnout syndrome pasca puncak pandemi COVID-19 gelombang kedua antara dokter dan perawat di rumah sakit rujukan COVID-19 Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain analitik cross sectional. Penentuan besar sampel menggunakan total sampling sebanyak 144 sampel. Sumber data diperoleh dari data identitas dan kuesioner MBI-HSS yang diberikan kepada responden melalui google form. Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit rujukan COVID-19 Kabupaten Jember yakni Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi, Rumah Sakit Perkebunan PTPN X Jember Klinik, dan Rumah Sakit Umum Kaliwates pada bulan September 2021-Januari 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara burnout syndrome pasca puncak pandemi COVID-19 gelombang kedua antara dokter dan perawat di rumah sakit rujukan COVID-19 Kabupaten Jember (p=0,728). Sebanyak 71,5% dari 38 dokter dan 78,5% dari 116 perawat mengalami burnout syndrome tingkat rendah. Perbandingan rata-rata skor burnout syndrome adalah 1,60 pada dokter, sedangkan skor pada perawat sebesar 1,56 di mana kedua skor tersebut masuk dalam kategori tingkat rendahen_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing I : dr. Septa Surya Wahyudi, Sp. U Dosen Pembimbing II : dr. Inke Kusumastuti, M. Biomed., Sp. KJen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectBurnout Syndromeen_US
dc.subjectCOVID-19en_US
dc.subjectKabupaten Jemberen_US
dc.titlePerbandingan Burnout Syndrome Pasca Puncak Pandemi COVID-19 Gelombang Kedua Antara Dokter dan Perawat di Rumah Sakit Rujukan COVID-19 Kabupaten Jemberen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record